Kisah Perjuangan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Tak Tamat Sekolah
Ia mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
TRIBUNJABAR.ID - Hari ini, Rabu (2/5/2018) merupakan Hari Pendidikan Nasional.
Bukan tanpa asalan tanggal 2 Mei dijadikan hari nasional tersebut.
Pada 2 Mei 1889, Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional lahir.
Ia lahir di Yogyakarta dengan nama Suwardi Suryaningrat.
Ki Hajar Dewantara merupakan anak dari Pangeran Keraton Pakualam Yogyakarta.
Ia mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia.
Setelah lulus, ia melanjukan pendidikan ke School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta.
STOVIA merupakan sekolah doketer bumiputer yang kini berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Namun, Ki Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan pendidikannya karena sakit.
Ia memilih menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Ki Hajar Dewantara aktif terlibat organisasi pemuda seperti Boedi Oetomo.
Tokoh nasional ini juga gemar menulis.
Tulisan yang paling terkenalnya adalah als ik een Nederlander (Seandainya Aku Seorang Belanda).
Ia menulis ini karena protes terhadap peringatan 100 tahun pembebasan Belanda dari Spanyol yang dibiayai Indonesia.