Semangat Hari Kartini: Danramil Soreang Akui Bangga Menjadi Prajurit TNI (Bagian III)
Sosok kartini tangguh ini merasakan getirnya hidup di negeri konflik Lhokseumawe Aceh.
Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin
TRIBUNJABAR.ID, SOREANG - Sosok kartini tangguh ini merasakan getirnya hidup di negeri konflik Lhokseumawe Aceh.
Serta menjadi saksi sekaligus korban dahsyatnya bencana maha dahsyat Tsunami Aceh Desember 2004 silam.
Pasca 40 hari melahirkan anak pertamanya Azka Alhafizh (15) di Bandung, Tri Harbusania ikut mendampingi tugas sang suami Letkol CBA Agus Supriyono di wilayah konflik Lhokseumawe Aceh Darussalam pada 2002 selama 2 tahun.
"Saat pertama kali kami datang di Aceh, kami turun di Bandara Malikul Saleh, kami dijemput Kasi Ops dan mobil kami dihadang oleh GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Lalu kami keluar dari kendaran lalu kami kabur, berlindung di pabrik batu bata (Lio). Terus kami meminta bantuan tambahan pengamanan karena waktu itu satu bis sudah dibakar," tuturnya.
Tri sapaan akrab Danramil 0912/Soreang ini merasakan betul getirnya hidup di wilayah konflik Aceh. Kurangnya pendidikan serta tidak memiliki kebebasan hidup serta tertekan kerap dihantui ketakutan sepanjang waktu karena konflik setiap hari.
"Saat itu yang kita lihat adalah korban konflik baik dari kita maupun dari GAM. Setiap hari kita mendengar letusan senjata, setiap hari perang," katanya.
Perjuangan Tri tidak selesai disitu, mendampingi suami selama dua tahun di Lhokseumawe, Tri kembali ikut sang suami pindah tugas di Banda Aceh pada Nopember 2004.
Pasca pindah dari Lhokseumawe, Tri bersama keluarga kecilnya harus kembali merasakan cobaan hidup.
Tri dan keluarganya menjadi saksi mata sekaligus korban bencana maha dahsyat tsunami Aceh.
"Bulan Nopember saya ikut suami ke Banda Aceh, Desember tsunami datang memporakporandakan Banda Aceh sudah menjadi takdir saya dan suami serta anak saya menjadi saksi mata sekaligus korban tsunami. Di tengah bencana kami juga ingat bahwa kami adalah prajurit yang harus menyelamatkan masyarakat membantu evakuasi," tuturnya mengenang kejadian tsunami.
Aceh benar-benar hancur dan lumpuh total, tidak ada listrik hingga berbulan-bulan. Rumah miliknya ikut rusak retak-retak dan teraliri banjir bandang tsunami.
Di sanalah perjuangan dan perjalanan hidup yang sangat besar Tri dan keluarganya rasakan.
Dimulai dari menjadi prajurit, lalu kemudian dirinya dididik sebagai pelatih di militer.
Kemudian masuk/tugas di wilayah konflik perang Aceh bersama GAM hingga ikut merasakan bencana tsunami.