Opak Linggar Rancaekek, Camilan Renyah dan Gurih, Diminati Hingga Luar Jawa

"Di beberapa daerah juga ada opak, tapi kalau yang paling renyah dan gurih ya cuma di Linggar," kata Zaenal Mutaqien

Editor: Ichsan
tribunjabar/hakim baihaqi
Opak Linggar 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Jika berkunjung ke Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi Opak Linggar. Camilan renyah ini bisa ditemukan di sekitar Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Makanan khas Linggar berbahan dasar tepung beras ini banyak dijajakan di kios-kios yang berada di Jalan Raya Bandung-Garut, tepatnya di sekitar kawasan industri Kahatex.

Baca: Lagi Cari Sang Penggoda, Maia Estianty Kembali Sindir Mulan Jameela? Tata Janeeta: Korban Pelakor

Camilan berbentuk lingkaran bertekstur renyah itu memiliki dua jenis varian yakni opak manis dan opak asin.

Untuk bisa mendapatkan camilan ini, satu bungkus opak yang berisi 50 buah dibanderol Rp 30 ribu, sedangkan untuk kemasan kaleng berisi 200 buah dibanderol Rp 180 ribu.


"Di beberapa daerah juga ada opak, tapi kalau yang paling renyah dan gurih ya cuma di Linggar," kata Zaenal Mutaqien, produsen opak linggar saat ditemui di kediamannya di Kampung Babakan Asem, Desa Linggar, Jumat (8/12/2017).

Menurut Zaenal, opak Linggar memiliki cita rasa yang khas karena pembuatan camilan ini masih serba tradisional.

"Penumbukan tepung beras untuk opak masih pake lesung dan pembakarannya masih menggunakan tungku arang. Pernah pakai mesin, tapi rasa dan bentuknya berubah," kata Zaenal.

Selain opak, warga di Desa Linggar juga memproduksi camilan lainnya seperti, rangginang, kolontong dan seroja.

Pembuat opak lainnya, Ida Faridah, mengatakan, opak di Desa Linggar sudah dikenal oleh masyarakat di Indonesia.


"Setiap hari ada saja pesanan dari luar kota dan pulau, biasanya mereka beli dalam jumlah banyak," kata Ida.

Meski mampu menembus hingga ke luar pulau, Ida mengatakan proses pembuatan camilan ini harus dilakukan secara sabar.

"Apalagi musim kayak sekarang sering hujan, opak yang akan dibakar harus menunggu dua hari," kata Ida yang biasa memproduksi opak hingga lima kilogram per harinya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved