Kehidupan
Tati, Penjual Kopi di Taman Skateboard yang Berjuang Demi Televisi dan Sekolah Kedua Anaknya
“Saya sedih, anak saya begitu menginginkan televisi. Saya hanya bisa mencoba menghibur anak saya agar tidak selalu meminta televisi,” ujar Tati.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Di sebuah sudut Taman Taman Skateboard, Jalan Balubur, Kota Bandung, ada seorang ibu penjual kopi. Tati (33), namanya.
Bertahan menjadi penjual kopi selama tujuh tahun di Taman Skateboard bukan tanpa alasan.
Menafkahi kedua adaknya, M Rifqy (16), dan M Ramdhani (11), keduanya masih bersekolah, adalah alasan utamanya.
Di mana suaminya? Tanti ternyat seorang janda. Suaminya meninggal duania sembilan tahun silam.
“Ya, saya cuman bisa berjuang, yang penting anak saya bisa tetap sekolah,” ujar Tati di Taman Skateboard, Kamis (23/11/2017).
Tati memulai perjuangannya mengais rezeki dari orang-orang yang berkunjung ke taman yang diresmikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil itu, dari pukul 09.00 dan akan pulang ke rumah rata-rata pukul 22.00 WIB.
Setiap hari Tati mendapatkan penghasilan Rp 30 ribu, jika pengunjung taman sedang sepi. Jika taman ramai, penghasilannya bisa mencapai Rp 70 ribu sehari.
Tati dan kedua anaknya tinggal di Lantai 5 No 22, Rumah Susun Sadang Serang, Kota Bandung.
Hubungannya dengan Vebby Palwinta Masih Tanda Tanya, Baim Wong Kepergok Bilang Begini Kepada Mantan https://t.co/AB4ovUpD2B via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 24, 2017
Rumah susun yang ditempati Tati merupakan bantuan dari pemerintah. Selama dua tahun tinggal di sana, pemerintah menggratiskan biaya sewa.
Sebelum tinggal di rumah susun, Tati tinggal di Cikapundung. Tempat tinggalnya hanya sepetak di atas kali.
Tati bersyukur memiliki tempat tinggal yang lebih layak. Hanya, dia masih kepikiran soal permintaan anaknya yang belum bisa dia wujudkan.
Anaknya sangat menginginkan ada sebuah televisi di rumah. Sebagai anak-anak, mereka ingin ada hiburan di rumah spulang sekolah atau di waktu liburan.
“Saya sedih, anak saya begitu menginginkan televisi. Saya hanya bisa mencoba menghibur anak saya agar tidak selalu meminta televisi,” ujar Tati.
Hanya untuk sebuah televisi, barang yang tidak lagi mewah bagi kebanyakan warga Bandung, bagi keluarga Tati adalah hal yang mewah. Untuk mewujudkannya, ia harus menabung.
Siang itu, Tati terlihat bersemangat. Wajahnya menunjukkan ekspresi ramah. Senyumnya pun kerap menghiasi bibirnya.
Ia berdagang kopi menggunakan sebuah gerobak pemberian orang.