Kuota BPP-DN dan BUDI-DN 2017 Bikin Dosen Se-Indonesia Menjerit, Presiden Jokowi Dipetisi

Sejumlah dosen dari seluruh Indonesia menuntut adanya penambahan kuota penerimaan dosen dalam program beasiswa S3 . . .

Penulis: Dedy Herdiana | Editor: Dedy Herdiana
Kolase Foto Tribun Jabar
Dosen buat petisi kepada Presiden Joko Widodo. 

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Sejumlah dosen dari seluruh Indonesia menuntut adanya penambahan kuota penerimaan dosen dalam program beasiswa S3 Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) dan Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Dalam Negeri (BUDI-DN).

Tuntutan itu muncul setelah para dosen tersebut melihat pengumuman daftar penerima beasiswa BPP-DN dan BUDI-DN 2017 beberapa hari lalu, ternyata yang dinyatakan lolos jauh lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Para dosen yang dinyatakan tidak lolos itu membuat petisi di laman change.org, dengan judul "tambahkan kuota BPPDN dan BUDIDN". 

Petisi yang dibuat Selasa (3/10/2017) itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, Dikti, dan Komisi X.

Baca: Natasha Rizky Buka-bukan Soal Tips bagi Ibu-ibu Muda yang Aktif di Luar Rumah

"Kami sebagai dosen yang menjadi mahasiswa S-3 se-Indonesia, pendaftar beasiswa BPPDN dan BUDI DN tahun 2017 dan dinyatakan tidak lolos merasa tersakiti dan terdiskriminasi dengan jumlah kuota ini. Seakan-akan pendidikan Indonesia bergerak mundur dan tidak menjadi perhatian Pemerintah. Di satu sisi dosen dituntut untuk menempuh pendidikan S-3, namun di sisi lain Pemerintah memangkas anggaran dan fasilitas pendidikan dosen yang sudah berlaku seperti tahun-tahun sebelumnya," tulis perwakilan dosen dalam petisi.


Kebutuhan dosen S-3 di beberapa universitas dikatakannya sangat dibutuhkan sehingga diperlukan adanya beasiswa tersebut.

Tidak sedikit di satu Program Studi belum ada dosen dengan kualifikasi S-3.

"Bagi kami, kuliah dengan biaya mandiri tidak semua mampu. Berbagai faktor penyebabnya. Salah satu di antaranya, gaji yang masih di bawah standar sebagai lulusan S-2 yang mengajar di berbagai Perguruan Tinggi. Belum lagi tuntutan kuliah yang membutuhkan biaya besar. Sebagian besar dari kami berasal dari daerah, meninggalkan keluarga demi menempuh jalur pendidian S-3. Bahkan, di antara kami juga banyak yang terpaksa berhutang guna membayar UKT terlebih dahulu dengan harapan akan mendapatkan beasiswa nantinya. Namun, kenyataannya apa? Pahit yang kami rasakan dengan dinyatakan tidak lolos memperoleh beasiswa.
Oleh karena itu, kami menyatakan sikap dan menuntut adanya penambahan kuota beasiswa BPPDN dan BUDI DN tahun 2017 bagi semua mahasiswa S-3 tahun ini yang sudah dinyatakan tidak lolos sebagai penerima," tulisnya.

Dosen buat petisi kepada Presiden Joko Widodo.
Dosen buat petisi kepada Presiden Joko Widodo. (change.org)

Berikut isi lengkap petisi-nya:

Kepada:
Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo
Bapak Menteri Ristekdikti Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak.
Bapak Dirjen Sumber Daya Ristekdikti Prof. dr. Ali Gufron Mukhti, M.Sc., Ph.D.
Bapak dan Ibu Anggota Komisi X DPR RI Sumber Daya Pendidikan Tinggi

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahatera bagi kita semua.
Kami doakan Bapak dan Ibu selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas demi NKRI.

Perkenalkan kami dosen-dosen NKRI, berasal dari PTN dan PTS yang tersebar di seluruh Wilayah Nusantara dan tidak lolos seleksi Beasiswa S-3 BPPDN dan BUDI DN 2017.

Sehubungan telah diumumkannya daftar penerima beasiswa BPPDN dan BUDI DN 2017 beberapa hari lalu, jumlah peserta yang dinyatakan lolos jauh lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kami sebagai dosen yang menjadi mahasiswa S-3 se-Indonesia, pendaftar beasiswa BPPDN dan BUDI DN tahun 2017 dan dinyatakan tidak lolos merasa tersakiti dan terdiskriminasi dengan jumlah kuota ini. Seakan-akan pendidikan Indonesia bergerak mundur dan tidak menjadi perhatian Pemerintah. Di satu sisi dosen dituntut untuk menempuh pendidikan S-3, namun di sisi lain Pemerintah memangkas anggaran dan fasilitas pendidikan dosen yang sudah berlaku seperti tahun-tahun sebelumnya. Kebutuhan dosen S-3 di beberapa universitas menurut pandangan kami mendesak dikuliahkan, bahkan tidak sedikit di satu Program Studi belum ada dosen dengan kualifikasi S-3. Bagi kami, kuliah dengan biaya mandiri tidak semua mampu. Berbagai faktor penyebabnya. Salah satu di antaranya, gaji yang masih di bawah standar sebagai lulusan S-2 yang mengajar di berbagai Perguruan Tinggi. Belum lagi tuntutan kuliah yang membutuhkan biaya besar. Sebagian besar dari kami berasal dari daerah, meninggalkan keluarga demi menempuh jalur pendidian S-3. Bahkan, di antara kami juga banyak yang terpaksa berhutang guna membayar UKT terlebih dahulu dengan harapan akan mendapatkan beasiswa nantinya. Namun, kenyataannya apa? Pahit yang kami rasakan dengan dinyatakan tidak lolos memperoleh beasiswa.
Oleh karena itu, kami menyatakan sikap dan menuntut adanya penambahan kuota beasiswa BPPDN dan BUDI DN tahun 2017 bagi semua mahasiswa S-3 tahun ini yang sudah dinyatakan tidak lolos sebagai penerima.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved