Kalau Mau Selamat Lewat Nagreg, Sopir Harus Lempar Ini, Jenisnya Pun Harus Warna Merah
Sayangnya, kata Uju (61), semakin lama semakin sedikit sopir yang masih melakukannya.
Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina Miranti
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung merupakan kawasan yang masih kental dengan mitos dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis.
Seperti sebuah mitos di Jalur Nagreg bahwa kendaraan apapun yang akan melintasi turunan Nagreg selepas Tugu Tangan, jika ingin selamat harus melemparkan rokok.
Baca: Sebanyak 818 Mahasiswa Politeknik LP3I Bandung Diwisuda, Sang Direktur Pesannya Begini
Hal tersebut diungkapkan Yudi Rustandi (49), warga desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, ketika ditemui Tribun Jabar di pinggir Jalan Raya Nagreg, Jumat (6/10/2017).
"Dari dulu memang begitu, kalau mau selamat lewat Nagreg harus melemparkan rokok ke jalan, minimal sebatang," ujar Yudi.
Rumah di Lembang Ini Usianya 100 Tahun,Dipakai Film Si Kabayan, Luas 1 Hektare dan Diincar Pebisnis https://t.co/tz5VZVIAwp via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 6, 2017
Rokok yang dijadikan 'sesajen' atau dilemparkan pun tak bisa sembarangan, harus rokok jenis tertentu.
Rokok yang dilemparkan haruslah rokok Gudang Garam Merah tidak boleh rokok lain, apalagi rokok batangan putih.
"Kalau rokok yang lain yang dilempar, nanti marah," ujar Yudi.
Heboh Ditalak Lewat SMS, Tata Janeeta Dilamar Ulang Oleh Mehdi Zati? Netter: Kemakan Cinta Mati https://t.co/Q8lqaMXYB3 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 6, 2017
Sayangnya, kata Uju (61), warga Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, semakin lama semakin sedikit sopir yang masih melakukannya.
Kebanyakan sopir kini tak mau lagi mengeluarkan uang hanya untuk membeli rokok yang nantinya akan dibuang ke jalan.
"Kebanyakan sih sudah tidak percaya yang begitu lagi, padahal dulu kalau musim mudik, jalan itu bisa penuh dengan batang rokok," ujar Uju.