HUT ke-72 TNI: Jenderal Soedirman, Panglima Perang yang Tak Bisa Digertak
Para komandan sektor bawahannya diminta berkumpul di Magelang untuk merundingkan siasat merebut Ambarawa.
TRIBUNJABAR.CO.ID - Sampai tanggal 12 November 1945, Pak Dirman memimpin Divisi V yang wilayahnya meliputi Karesidenan Banyumas dan Kedu.
Kolonel yang baru saja dipilih menjadi Panglima ini (tinggal menunggu pelantikan), pada tanggal 26 November 1945 menghadapi serbuan tentara Inggris yang diboncengi Belanda dari Semarang.
Ia kemudian menyerang balik lawan yang ketika itu sudah menduduki Kota Ambarawa.
Para komandan sektor bawahannya diminta berkumpul di Magelang untuk merundingkan siasat merebut Ambarawa.
Dihujat Bertubi-tubi Sebagai Pelakor, Istri Epy Kusnandar Beri Klarifikasi Begini: Maafkan Aku Mak! https://t.co/gnTy6NW3hj via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 5, 2017
Jalan antara Semarang – Ambarawa harus dikuasai sepenuhnya dengan sergapan mendadak terhadap pasukan musuh yang mondar-mandir di antara kedua tempat itu.
Serangan umum ke Ambarawa pun dilakukan serentak di semua sektor, menjelang fajar 12 Desember 1945.
Komando penyerangan disampaikan dengan isyarat tembakan pistol.
Sehari penuh, pertempuran berlangsung!
Baru pada hari keempat, 15 Desember, pasukan Indonesia berhasil merebut Ambarawa.
Hal itu tidak lepas dari koordinasi rapi antarkomandan sektor, dan siasat jitu rancangan Panglima Soedirman dari Magelang.
Pertempuran itu kemudian dikenal sebagai Palagan Ambarawa.
Keteguhan hati Jenderal Soedirman makin tampak ketika ia hendak menghadiri perundingan gencatan senjata dengan Belanda.
Baca: Terungkap! Inilah 3 Jimat Jenderal Sudirman saat Hadapi Penjajah
Baca: Waduh, Aurelie Moeremans Mengaku Ingin Jadi Perempuan Psikopat