Dua Mahasiswi Ini Hasilkan Jutaan Rupiah dari Kicimpring
Tak ada jalan yang selalu mulus, begitu pun dengan usaha yang dirintis oleh Eti. Terdapat beberapa kendala yang seringkali dihadapinya.
BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Melestarikan makanan tradisional, tetapi mengemasnya secara modern mungkin inilah ungkapan yang tepat untuk produk kecimpring yang merupakan inovasi dari mahasiswi jurusan ilmu ekonomi Universitas Padjadjaran Eti Gustriani (21) dan temannya Aisyah . Jika biasanya kecimpring yang berbahan dasar singkong ini berbentuk bulat besar, di tangan Eti bentuk dan kemasannya pun berubah menjadi lebih menarik. Bentuknya yang lebih kecil bisa untuk satu kali gigitan dan kemasannya yang menarik menjadi salah satu daya tarik produk kecimpring yang diberi nama Singkiring ini.
Dengan selogan “kecimpring zaman kiwari”, kecimpring ini dibungkus dengan plastik dan paper bag yang menarik dilengkapi dengan zipper lock layaknya makanan modern seperti sekarang ini. Uti menjelaskan bahwa usaha kecimpringnya ini sudah mulai dirintis sejak tahun 2014 silam.
“Sebenarnya usaha awal kecimpring ini sudah mulai dirintis, tetapi baru mulai lebih fokus sejak 2015. Waktu itu masih simple banget,” jelasnya.
Usaha yang pada awalnya hanya dijelankan oleh Eti dan rekannya tersebut hanya bermodal satu juta rupiah. Siapa sangka kini dalam satu bulan setidaknya kecimpring yang diproduksinya bisa mencapai 500 ratu bungkus dalam jangka waktu satu bulan.
“Awalnya merintis bertiga, tapi sekarang tinggal berdua ditambah anak yang sedang magang dua orang. Tapi, saat ini dalam satu bulan produk kecimpring kami dalam rentan waktu satu bulan bisa memproduksi hingga 500 bungkus,” ujarnya.
Bukan hanya itu saja, selain pemasarannya menggunakan media sosial seperti instagram, line, dan blackbarry massanger. Produk kecimpring ini pun sudah didistribusikan kebeberapa tempat penyedia oleh-oleh khas Kota Bandung seperti di daerah Pasteur, Cihampelas, Bale Balantik, hingga Dago.
“Kami melakukan pemasaran selain menggunakan media online yang saat ini sedang maral digunakan khususnya oleh anak-anak muda. Juga didistribusikan di beberapa tempat yang menjual oleh-oleh khas Kota Bandung seperti di daerah Pasteur, Cihampelas, Bale Balantik, hingga Dago,” tambahnya.
Uniknya alasan memilih produk kecimpring ini sebagai produk usahanya tak lain karena banyak anak muda Indonesia saat ini khususnya Bandung atau orang sunda asli yang tak mengetahui kebudayaan serta makanan tradisionalnya sendiri. Maka dari itu kecimpring dipilih sekaligus memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia yang banyak yang buta akan kuliner tradisional.
“Saya dan teman saya memilih kecimpring sebagai produk yang akan kita kembangkan karena tertarik juga untuk mengangkat makanan khas sunda. Kebetulan juga anak muda sekarang ini banyak yang tak tahu dengan makanan kecimpring ini. Soalnya banyak yang berpikir bahwa makanan jadul itu hanya untuk orang tua,” ungkap Eti.

Mahasiswi berwirausaha
Selain itu, untuk para pegawai khusus dibagian produksi Eti bersama dengan partnernya sengaja mengajak ibu rumah tangga di sekitar tempat produksi. Hal ini salah satunya bertujuan untuk membantu keuangan keluarga yang memang membutuhkan uang tambahan.
“Untuk produksi kami mengajak dua ibu rumah tangga di sekitar tempat produksi. Ini salah satunya bertujuan juga memberikan pekerjaan bagi keluarga di sana yang memang sedang membutuhakan tambahan dana,” ujarnya.
Tak ada jalan yang selalu mulus, begitu pun dengan usaha yang dirintis oleh Eti. Terdapat beberapa kendala yang seringkali dihadapinya. Salah satu yang seringkali menjadi kendala adalah pembagian waktu antara usahanya dengan kuliah yang saat ini sedang dirinya tempuh. Akan tetapi, hal ini bisa dihadapi dengan perencanaan serta pembagian kerja yang tepat dengan partner dan pegawainya.
“Biasanya pembagian waktu yang menjadi kenadala. Akan tetapi, ini bisa diatasi karena kami selalu mengadakan rapat rutin untuk pembagian kerja dan lain-lainnya. Setiap orangnya diberikan tanggung jawab masing-masing. Jadi walaupun sibuk tanggung jawab teteplah tanggung jawab yang harus diselesaikan tepat waktu,” jelasnya.
Hingga saat ini omzet yang telah dihasilkan dalam satu bulan dari usaha kecimpringnya ini mencapai jutaan rupiah. Dalam satu bulan setidaknya mengantongi omzet sebesar Rp 3 juta dari modal awal yang hanya di kisaran satu juta saja dan ini masih terus berkembang.

Singkring
“Untuk omzet saat ini dalam satu bulan bisa mendapatkan jutaan rupaih. Setidaknya dalam satu bulan bisa mengantongi omzet Rp 3 juta rupiah dari modal awal yang hanya kisaran satu juta saja,” jelasnya.