HIKMAH RAMADAN
Membekali Diri dengan Takwa
MANUSIA diperintah untuk membekali diri dengan bekal berkualitas agar mampu menghindarkan diri dari halangan dan rintangan.
BERIBADAH kepada Allah SWT merupakan tugas utama bagi manusia, sebagaimana ditegaskan di dalam Alquran. Beribadah sebagai utama bagi manusia menghadirkan pemahaman bahwa kehadiran manusia di dunia sejatinya dimaknai secara mendalam sebagai wahana pelaksanaan tugas beribadah.
Amanat yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk melaksanakan kewajiban beribadah adalah sesuatu yang akan dimintakan pertanggungjawaban di hadapan-Nya kelak, yaitu pada hari pembalasan (hari kiamat).
Untuk itu, rentang kehidupan duniawi bagi manusia bersifat sementara, dan kehidupan kekal adalah di akhirat kelak sehingga pemaknaan dunia bagi manusia adalah ladang akhirat, yaitu tempat persinggahan sementara dalam perjalanannya menuju akhirat.
Pemaknaan dunia sebagai tempat persinggahan menuju kehidupan kekal di akhirat menghendaki agar manusia menempatkan kebahagiaan akhirat sebagai orientasi utama dalam setiap amal perbuatannya.
Perjalanan manusia dalam melaksanakan tugasnya di dunia tentu dihadapkan pada berbagai halangan dan rintangan, godaaan dan tipu daya setan, serta gemerlap dunia menjadi barrier utama bagi manusia yang berpotensi menggesernya dari keistikamahan dalam menjalankan tugas beribadah kepada Allah SWT. Untuk itu, manusia diperintah untuk membekali diri dengan bekal berkualitas agar mampu menghindarkan diri dari halangan dan rintangan tersebut.
Bekal berkualitas bagi manusia dalam menjalani kehidupan duniawi adalah takwa. Membekali diri dengan takwa adalah perintah yang secara jelas telah disampaikan Allah swt kepada kita semua di dalam firman- Nya.
Posisi takwa sebagai bekal utama sangat jelas terlihat ketika kita menggali secara mendalam hakikat dari takwa itu sendiri. Menggali makna takwa akan mengantarkan pada suatu kaidah utama dalam takwa, di mana pengertian sederhana dari takwa adalah menjalankan segenap perintah Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya.
Namun, ketika kita menggali makna takwa secara mendalam, banyak sekali ulama yang menyajikan berbagai penelaahan sangat mendalam, di antaranya yang disampaikan oleh Imam Ali bin Abi Thalib KW, yaitu takwa adalah sikap takut kepada Allah Yang Mahaagung, beramal berdasarkan Alquran, menerima terhadap yang sedikit (bersikap qona'ah), dan bersiap-siap untuk hari akhir.
Menggali makna takwa sebagaimana di atas, tentu kita dapat menyimpulkan beberapa intisari. Pertama, takwa adalah pengakuan kita atas kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga kita takut jika tidak dapat menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sikap ini akan mengantarkan manusia untuk menjalankan ibadah secara berkualitas, dan menempatkan keridan Allah swt sebagai tujuan.
Kedua, menempatkan Alquran sebagai pedoman, sikap ini akan menghadirkan upaya maksimal untuk dapat memahami kandungan Alquran sehingga suasana kedekatan hati dengan Alquran merupakan sebuah keniscayaan.
Ketiga, memperkokoh diri dengan sikap qona'ah, yaitu sikap pandai bersyukur dan menghindarkan diri dari perilaku tabdzir. Keempat, mempersiapkan diri untuk hari akhir, yaitu sikap untuk memaksimalkan waktu yang tersedia untuk mempersembahkan kualitas ibadah secara maksimal untuk mempersiapkan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak pada hari kiamat.
Keempat intisari makna takwa menggambarkan secara jelas kepada kita bahwa takwa merupakan bekal berkualitas bagi manusia dalam mengarungi kehidupan dunia menuju akhirat. Halangan dan rintangan yang dihadapi manusia dalam menjalankan tugas beribadah kepada Allah SWT dapat dihindarkan secara maksimal dengan berbekal takwa.
Berangkat dari hal tersebut, kehadiran Ramadan sebagai bulan pendidikan untuk melahirkan dan mempertebal kualitas ketakwaan diri mutlak kita manfaatkan secara maksimal. Menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan dan menghiasinya dengan berbagai amal kebajikan diharapkan akan melahirkan kualitas takwa yang akan menghiasi diri di sepanjang waktu dalam kehidupan.
Hal itu merupakan wujud ikhtiar kita dalam membekali diri dalam perjalanan menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak. (AHMAD HERYAWAN)