Berakhir Pekan di Singapura (1)

Cokelat Kecil untuk Formula Satu

Singapura menggelar dua hajatan besar bertaraf internasional. Dua hajatan itu adalah balap mobil Formula One (F1) dan konser musik Katy Perry.

Penulis: Deni Ahmad Fajar | Editor: Darajat Arianto
Oleh Deni Ahmad Fajar

PARIWISATA menjadi salah satu andalan Singapura dalam upaya mendatangkan dolar. Pemerintah Singapura sadar betul bahwa promosi jadi jurus utama untuk menjual parisata mereka. Dan Singapura patut bersyukur memiliki warga yang mendukung penuh pemerintah mereka untuk "menjual" sektor pariwisata.

Minggu (23/9) malam lalu, Singapura menggelar dua hajatan besar bertaraf internasional. Dua hajatan itu adalah balap mobil Formula One (F1) dan konser musik Katy Perry. Seperti kita ketahui, pemerintah Singapura menggunakan jalanan di sekitar Marina Bay yang terkenal itu untuk dijadikan sirkuit bagi Lewis Hamilton dan kawan-kawan memacu mobil-mobil balap mereka. Di salah satu titik di sekitar Marina Bay pula, Katy Perry menghibur penggemarnya.

Bersama rekan-rekan wartawan lainnya, Tribun berkesempatan menyaksikan serunya balapan kelas dunia itu. Tribun merasakan bagaimana warga Singapura dengan rasa bangga ikut menyukseskan program tahunan pemerintah mereka.

Bagaimana dukungan dan peran warga Singapura dalam menyukseskan balapan F1 di negeri mereka, tidak hanya dengan memasang spanduk-spanduk raksasa di Bandara Changi. Namun juga dengan hal- hal kecil tapi berdampak besar, seperti diterima Tribun ketika tiba di Hotel Concorde di Orchard Road.

Belum lima menit setelah masuk kamar, saya sudah dikejutkan oleh ketukan di pintu. Ketika pintu dibuka, petugas room service dengan tersenyum ramah menyodorkan kotak kecil.

"Ini untuk Anda dari kami," katanya sebelum berlalu.

Ketika kotak kecil itu dibuka, saya menemukan dua miniatur mobil formula yang terbuat dari cokelat. Pada saat itu pula saya diingatkan bahwa pada Minggu (23/9 malam waktu Singapura akan digelar balap mobil F1. Bayangkan dari dua buah cokelat kecil itu, Singapura sudah melakukan promosi pariwisata dengan sempurna.

Dan untuk menyukseskan balapan F1 di negerinya, Singapura sebenarnya tidak perlu bekerja keras. Misalnya negeri ini tidak perlu membuat sirkuit seperti Indonesia membuat Sentul. Singapura yang memiliki ruas-ruas jalan yang mulus, tinggal menyulap jalan-jalan di sekitar Marina Bay untuk jadi sirkuit. Hebatnya lagi Singapura menggelar balapan F1 ini pada malam hari.

Tanpa ada dukungan dari warganya, adu kencang mobil-mobil F1 di Singapura mustahil akan terlaksana. Bayangkan bila pengelola hotel-hotel kelas internasional yang banyak tumbuh di sekitar Marina Bay menolak balapan dengan alasan, misalnya karena privacy tamu-tamu mereka terganggu oleh bisingnya knalpot dari mobil yang dipacu melintasi jalan-jalan di depan atau belakang hotel mereka.

Namun kenyataannya tidak, pengelola hotel-hotel itu justru seperti berlomba untuk jadi yang terdepan dalam menyukseskan F1 Singapura. Hotel Fullerton yang tepat di bibir Marina Bay, sebagai contoh, sengaja membuat sajian permainan sinar laser dengan gambar mobil-mobil F1 saling berkejaran di dinding hotel. Tamu-tamu hotel di sekitar sirkuit bahkan membuka lebar-lebar jendela dan tirai kamar mereka untuk menyaksikan pebalap asal Jerman Sebastian Vettel memenangkan balapan.

"Pemerintah Singapura harus menunggu hingga lima tahun untuk menyukseskan balapan ini. Baru pada tahun kelima balapan ini benar-benar sukses. Pada F1 Singapura 2012, semua tiket terjual habis. Dan ini membanggakan kami sebagai warga Singapura," kata Siti Nurhaliza, pemandu wisata yang mendampingi Tribun dan wartawan lain dari seluruh Indonesia dalam rombongan Epson Tour selama dua hari di Singapura.

Pernyataan Siti, yang bukan penyanyi itu, seakan ingin mengatakan pemerintah dan warga Singapura harus bekerja keras dalam mempromosikan pariwisata negeri mereka. Dan promosi itu, salah satunya bisa dilakukan hanya lewat sekotak kecil cokelat. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved