Dari Keripik, Tawardi Raup Omzet Rp 3 Juta Per Hari
MODAL nekat. Itulah yang dilakukan Tawardi Ramli, perajin keripik buah dari Deli Serdang, Sumatera Utara. Berbekal keberanian mendatangi supermarket
Penulis: roh | Editor: Darajat Arianto

MODAL nekat. Itulah yang dilakukan Tawardi Ramli, perajin keripik buah dari Deli Serdang, Sumatera Utara. Berbekal keberanian mendatangi sebuah supermarket di Medan, dia bisa meraup sukses sekarang. Keripik buah-buahan yang diproduksinya pun kebanjiran pesanan.
Tawardi memulai bisnisnya dalam pembuatan keripik buah-buahan karena keberaniannya bertanya ke pengelola supermarket di Medan. Dengan percaya diri, Tawardi bertanya penganan apa yang dibutuhkan supermarket tersebut. Dan ternyata jawabannya adalah keripik nangka.
"Mendengar itu, saya langsung menyatakan siap. Padahal saya ketika itu belum memulai pembuatan keripik, malah bentuk keripik nangka saja saya tidak tahu," ujar Tawardi, saat ditemui di area Ramadan Fashion Expo, di Graha Manggala Siliwangi Bandung, Kamis (2/8).
Karena sudah terlanjur teken kontrak, kata Tawardi, ia pun langsung memesan keripik nangka dari Malang. Dia pelajari bentuk, tekstur dan rasa keripik nangka Malang sampai akhirnya Tawardi bisa memproduksi sendiri keripik nangka.
Ketika memulai membuat keripik nangka, Tawardi mendapat bantuan mesin pembuak keripik dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pengadaan mesin. "Kenapa saya dapat bantuan dari LSM? Karena saya korban konflik Aceh yang lari ke Medan," kata pria yang pindah ke Sumatra Utara pada tahun 2000 itu.
Pada 2004, produksi keripik nangka pun dimulai. Seiring berjalan waktu, Tawardi menambah varian keripik lainnya yaitu mangga, salak, cempedak, nanas, jamur tiram, tape singkong, dan durian. Satu di antara varian yang paling disukai konsumen adalah keripik durian.
Keripik durian buatan Tawardi pula yang menjadi keripik durian satu-satunya di Indonesia. Dikemas 60 gram per bungkus, keripik durian dijual Rp 30.000. Sementara keripik lain dijual Rp 20.000 dengan isi 100 gram.
Tawardi mengatakan, keripik buah bikinannya tanpa bahan pengawet. Karena dikemas dalam aluminium foil, keripik tersebut tahan sampai empat tahun. "Tapi saya tulis di kemasan expire hanya satu tahun," katanya.
Keripik buah-buahan buatan Tawardi diberi label Tamita. Nama itu, kata dia merupakan bahasa Aceh yang berarti yang dicari. Dengan nama itu, Tawardi berharap keripik buah buatannya menjadi incaran banyak orang.
Tawardi mengatakan, keripik buah buatannya diproduksi setiap hari. Sekali produksi mencapai 400 bungkus. Yang mengerjakan adalah anggota keluarga dan kerabatnya.
Bapak empat anak ini mengatakan, sejak dua bulan terakhir bisnisnya dibantu Pertamina Medan melalui PKBL. Omszt bisnisnya sekitar Rp 3 juta per hari.
"Permintaan keripik buah dari sejumlah daerah banyak, tapi saya belum sanggup. Pemasaran pun baru di Sumatera Utara, dan ada agen yang menjual di Bandung," katanya.
Ditanya ekspor, Tawardi mengatakan tidak sanggup karena keterbatasan tenaga kerja, peralatan dan modal. Namun beberapa bulan ke belakang, ia pernah ikut pameran di Bangkok. (*)