Persib Bandung

Persib Kena Sanksi Denda Ratusan Juta, Eko Maung Soroti Rendahnya Literasi Suporter

Dalam sepak bola modern, kata dia, suporter memegang posisi strategis sebagai kelompok penekan atau pressure group.

Tribun Jabar/ Nazmi Abdurrahman
DISKUSI LITERASI - Peneliti hukum olahraga Eko Noer Kristiyanto atau Eko Maung (tengah) saat menjadi pembicara dalam diskusi “Literasi untuk Suporter Indonesia Naik Kelas” di Kota Bandung, Rabu (19/11/2025). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Peneliti hukum olahraga Eko Noer Kristiyanto atau Eko Maung, menyoroti banyaknya sanksi yang diterima Persib Bandung.

Dikatakan Eko, sanksi yang diterima Persib mayoritas bukan kesalahan dari regulasi, tapi kurangnya literasi para suporter.

Persib sendiri saat ini total sudah menerima sanksi berupa denda sebesar Rp274 juta, baik dari Komdis PSSI maupun AFC. Terbaru, Komdis menjatuhkan tiga sanksi sekaligus usai laga tandang melawan Bali United pada 1 November 2025, dengan total denda Rp115 juta. 

Pelanggarannya meliputi kehadiran suporter di laga tandang, penyalaan flare hingga masuk lapangan, serta pelemparan botol.

Dalam kondisi ini, kata Eko, peningkatan pemahaman suporter terhadap isu dan regulasi sepak bola menjadi sangat penting.

"Betapa pentingnya literasi untuk suporter sepak bola, karena dengan literasi yang baik, yang memadai, mereka ini tidak mudah dimanfaatkan," ujar Eko dalam kegiatan diskusi “Literasi untuk Suporter Indonesia Naik Kelas” di Kota Bandung, Rabu (19/11/2025).

Setiap musim, kata dia, nyaris setiap sanksi yang diterima Persib berawal dari perilaku suporternya sendiri.

"Kayak kemarin Persib disanksi begitu besar sampai ratusan juta itu kan salah suporternya sebetulnya. Tapi suporter yang tidak paham dan mereka emosional, mereka malah nyalahin Komdis, nyalahin otoritas sepak bola. Padahal Komdis itu tidak akan mungkin memberi sanksi jika tidak ada celah," ucapnya.

Eko juga menyinggung aksi-aksi demonstrasi Bobotoh ke Graha Persib beberapa tahun lalu yang justru seringkali tidak jelas tuntutannya. Padahal, jika suporter memiliki pemahaman dan gagasan yang lebih konkret, ruang dialog akan terbuka lebih luas.

"Kalau suporter punya literasi yang bagus dan gagasan yang konkret, saya yakinlah pihak-pihak yang mereka kritisi juga mau bertemu, mau berdialog," ucap Eko.

Dalam sepak bola modern, kata dia, suporter memegang posisi strategis sebagai kelompok penekan atau pressure group.

"Idealnya mereka walaupun berada di luar sistem, tapi tindak-tanduk mereka bisa mempengaruhi pengambil kebijakan. Dan itu tidak mungkin bisa dilakukan tanpa literasi yang baik," ucapnya.

Sementara Ketua Viking Farmasi, Kris Jelly yang hadir dalam diskusi mengakui masih kurangnya literasi di kalangan suporter sepak bola, tidak hanya Bobotoh. Karenanya pemahaman soal literasi menurut Kris sangat diperlukan oleh suporter.

"Sangat diperlukan apalagi di era sekarang banyak yang belum paham terutama konten di media sosial, kemudian yang menyerang pemain secara pribadi, kalau kritik. Banyak suporter yang belum paham soal itu," ujar Kris. 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved