Sapi Makan Sampah, Diskanak Purwakarta: Daging dan Susu Berisiko Tercemar Logam Berat

‎Meski dianggap solusi murah oleh sebagian peternak, praktik ini ternyata menyimpan ancaman besar bagi kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan. ‎

Penulis: Deanza Falevi | Editor: Seli Andina Miranti
Dok. Helmi Budiman
ILUSTRASI SAPI - Kebiasaan melepas sapi untuk mencari makan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih kerap terlihat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 

‎Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi

‎TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Kebiasaan melepas sapi untuk mencari makan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih kerap terlihat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

‎Meski dianggap solusi murah oleh sebagian peternak, praktik ini ternyata menyimpan ancaman besar bagi kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan.

‎Hal itu menjadi sorotan utama dalam sosialisasi analisis risiko pemeliharaan ternak di TPA yang digelar Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Purwakarta melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet, Selasa (16/9/2025).

Baca juga: Berawal dari Anak Alergi Susu Sapi, Maria Handayani Sukses Bangun Bisnis Susu Almond Kira Almond

‎Acara berlangsung di Aula Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan, dengan menghadirkan unsur pemerintah, tokoh masyarakat, hingga para peternak.

‎Hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Satpol PP, BPBD, jajaran kecamatan, pemerintah desa, dan masyarakat sekitar. 

SOSIALISASI - Diskanak Purwakarta menyampaikan materi sosialisasi analisis risiko pemeliharaan ternak di kawasan TPA.
SOSIALISASI - Diskanak Purwakarta menyampaikan materi sosialisasi analisis risiko pemeliharaan ternak di kawasan TPA. (Tribun Jabar/ Deanza Falevi)

Tujuannya yaitu meningkatkan kesadaran bersama akan bahaya beternak di sekitar TPA.

‎Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Diskanak Purwakarta, Wini Karmila, mengungkapkan bahwa ternak yang dibiarkan makan di TPA berisiko tinggi terpapar logam berat berbahaya seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), dan merkuri (Hg).

‎Zat beracun itu, lanjut Wini, bisa menumpuk di hati, ginjal, hingga menular ke susu dan daging.

‎"Sekilas memang terlihat menguntungkan karena peternak tidak mengeluarkan biaya pakan. Namun dampaknya justru sangat merugikan. Sapi bisa keracunan logam berat, terserang penyakit infeksi, bahkan menularkan penyakit berbahaya kepada manusia," kata Wini kepada Tribunjabar.id, Selasa (16/9/2025).

‎Selain itu, lanjutnya, kondisi ini membuka peluang munculnya penyakit zoonosis seperti leptospirosis, tuberkulosis sapi (bovine TB), hingga infeksi cacing (helminthiasis).

‎Penyakit-penyakit tersebut, kata Wini, dapat menular ke manusia melalui konsumsi daging atau susu yang tercemar.

Baca juga: Hati-hati, Curug Dago Dipenuhi Bakteri Ecoli Imbas Pencemaran Kotoran Sapi dari Lembang

‎"Produk ternak dari sapi yang dilepas di TPA jelas tidak layak dikonsumsi. Bukan hanya tidak memenuhi standar keamanan pangan, tapi juga bisa membahayakan kesehatan masyarakat dalam jangka panjang," ucapnya.

‎Tak hanya soal kesehatan, ia mengatakan, praktik tersebut juga mempercepat pencemaran tanah dan air di sekitar TPA.

‎Dari sisi ekonomi, masih kata Wini, keuntungan sementara berupa hemat biaya pakan tak sebanding dengan kerugian besar ketika ternak jatuh sakit, tidak produktif, bahkan mati mendadak.

‎"Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati. Mari hentikan kebiasaan melepas sapi ke TPA. Kesehatan ternak yang baik berarti kesehatan manusia juga terlindungi," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved