Pakar Forensik Beber Analisis Tragedi Driver Ojol Affan Kurniawan Tewas Dilindas Rantis Brimob

TRIBUNJABAR.ID - Tragedi Affan Kurniawan driver ojol tewas dilindas Rantis Brimob saat demo pecah di Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) menyita perhatian berbagai pihak.

Selain jadi sorotan publik, tragedi kematian Affan juga disoroti Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel.

Reza Indragiri membeberkan analisis terkait insiden yang merenggut nyawa driver ojol berusia 21 tersebut.

Reza menjelaskan 8 kemungkinan dari kacamata psikolog forensik terkait tindakan aparat atau Rantis Brimob dan korban.

Baca juga: Sosok Umar, Driver Ojol asal Sukabumi Korban Kekerasan Aparat saat Demo di Jakarta, Kepala Diinjak

Berikut beberapa aspek yang dibahas Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri melihat insiden tewasnya Affan Kurniawan dilindas mobil aparat tersebut.

Kecemasan Tinggi dalam Situasi Ricuh

Menurut Reza, penelitian menunjukkan bahwa polisi juga rentan mengalami kecemasan ekstrem dalam kondisi kerumunan. Ketika massa bergerak tidak terkendali, ketegangan di lapangan meningkat sehingga risiko salah perhitungan lebih besar.

Kendaraan Masih Bisa Dikendalikan

Meski rantis bergerak dengan kecepatan yang relatif rendah, tabrakan tetap terjadi. Bagi Reza, hal itu menandakan bahwa faktor eksternal, seperti kerumunan yang tidak teratur, lebih dominan dibanding sekadar kemampuan teknis mengemudi.

Fokus Pengemudi Terganggu

Dalam keramaian, pengemudi tidak dapat hanya fokus lurus ke depan. Mereka dituntut menyapu pandangan ke berbagai arah untuk menghindari benturan. Kondisi ini membuka peluang besar terjadinya miskalkulasi dalam hitungan detik.

Gerakan Demonstran Tidak Seragam

Reza menyoroti perbedaan pola gerak antara demonstran berjaket hitam dan hijau yang sama-sama berada di dekat rantis. Perbedaan posisi tubuh dan kecepatan membuat pengemudi harus mengambil keputusan spontan, yang dalam kasus ini tidak berjalan sempurna.

Adaptasi yang Melenceng

Pada tahap awal, pengemudi berhasil menghindar dari salah satu demonstran. Namun, saat menghadapi demonstran berikutnya, adaptasi yang dilakukan tidak berhasil sehingga menimbulkan tabrakan fatal.

Reaksi Pasca Benturan

Rantis sempat berhenti sesaat setelah menabrak. Hal ini menunjukkan pengemudi masih berusaha mengendalikan diri. Tetapi ketika kendaraan kembali melaju, Reza menilai itu sebagai bentuk respons panik atau mekanisme flight.

Baca juga: Viral Emak-emak Jilbab Pink Gagah Berani Lawan Aparat saat Demo DPR, Pulang ke Rumah Soft Spoken

Mens Rea dalam Tabrakan

Dari perspektif psikologi hukum, Reza membedakan dua level mens rea pengemudi. Pada saat tabrakan, ia menyebutnya sebagai negligence atau kelalaian. Sedangkan ketika rantis kembali berjalan, aksinya bisa digolongkan recklessness atau tetap negligence. Dua kategori ini sama-sama berada pada level kesalahan yang rendah.

Duka untuk Korban, Pelajaran bagi Negara

“Tragedi ini menyedihkan baik bagi korban yang saya duga adalah pengemudi ojol maupun bagi pengemudi rantis. Andaikan para pemimpin negeri lebih amanah, musibah ini mungkin tidak akan pernah terjadi,” ucap Reza.

Ia menekankan pentingnya investigasi yang tuntas, transparan, dan objektif agar kebenaran terungkap serta keadilan bagi Affan Kurniawan dapat terwujud.

“Sebagai pengguna setia jasa ojek online, saya merasa sangat berduka. Di sisi lain, membayangkan kondisi batin pengemudi rantis pun membuat hati pilu,” kata Reza, Jumat (29/8/2025).

Affan dimakamkan hari ini di TPU Karet Bivak, Blok AA I Unit Islam Blad 70. Tragedi ini menimbulkan duka mendalam, sekaligus membuka ruang analisis dari sisi psikologi forensik.

Artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Analisis Pakar Forensik Reza Indragiri Driver Ojol Affan Kurniawan Tewas Dilindas Barracuda Brimob