Pneumonia Mengancam Balita Jabar, Dinkes Ungkap Upaya Penanganannya
Pneumonia hingga kini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama bagi kelompok balita.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pneumonia hingga kini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama bagi kelompok balita.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, drg. Yus Ruseno, MSc.PH, mengungkapkan bahwa penyakit ini memiliki angka kematian yang cukup tinggi dan terus menjadi perhatian serius pemerintah.
“Data nasional menunjukkan bahwa kasus rawat jalan di Puskesmas maupun rawat inap di rumah sakit masih tertinggi di wilayah Jawa, khususnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Banten,” kata Yus Ruseno secara virtual, Rabu (12/11/2025).
Di Hari Pneumonia Sedunia ini, Yus memaparkan tingginya jumlah penduduk di Pulau Jawa menjadi salah satu faktor yang membuat angka kasus pneumonia di wilayah ini masih menonjol.
Berdasarkan data nasional, setiap tahun rata-rata terdapat sekitar 1,26 juta kasus pneumonia, sebagian besar dialami oleh anak balita. Selama enam tahun terakhir, total biaya perawatan penyakit ini bahkan mencapai Rp379,3 miliar.
“Bakteri utama penyebab pneumonia di Indonesia adalah Pseudomonas, yang teridentifikasi pada sekitar 49,5 persen kasus. Pencegahan efektif dapat dilakukan melalui vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) yang kini sudah tersedia di fasilitas kesehatan,” ucapnya.
Melalui program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Dinkes Jabar menargetkan penurunan angka kesakitan, kematian, dan disabilitas akibat pneumonia, sekaligus mengurangi beban ekonomi keluarga.
Yus menyebutkan, strategi utama penanggulangan pneumonia dimulai dari pencegahan sejak dini.
Dinkes Jabar menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif, makanan bergizi seimbang, suplemen vitamin A, serta imunisasi lengkap, termasuk vaksin PCV dan DPT.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kualitas udara rumah.
“Kita juga perlu memperhatikan perilaku sehari-hari. Misalnya, membakar sampah di depan rumah itu juga bisa menjadi faktor risiko terjadinya pneumonia,” jelasnya.
Selain pencegahan, penguatan sistem deteksi dan pelaporan menjadi fokus utama. Dinkes Jabar juga mendorong fasilitas kesehatan untuk melakukan pelaporan kasus secara lengkap dan tepat waktu, termasuk dari layanan kesehatan swasta.
Petugas juga diminta melakukan kunjungan rumah (active case finding) agar tidak ada kasus yang terlewat.
“Optimalkan juga peran kader di masyarakat untuk membantu surveilans aktif, edukasi, dan pencarian kasus pneumonia,” tambah Yus.
| AJAIB! Dokter sampai Syok, Bayi di Garut Korban Penganiayaan Itu Bertahan Hidup meski Tulang Retak |
|
|---|
| Viral di WA: Balita 2 Tahun di Garut Ditemukan dengan Retak Tulang & Wajah Bengkak, Diduga Dianiaya |
|
|---|
| Konsisten Lawan Stunting, PLN Cikarang Masuki Bulan Ketiga Program Gizi Balita di Desa Cicau |
|
|---|
| Jabar Gencarkan Pelatihan Tenaga Kesehatan Cegah Penularan HIV dan Penyakit Tidak Menular |
|
|---|
| Buntut Kasus Cacingan Parah di Bengkulu, Kemenkes Kini Wajibkan Minum Obat di Depan Petugas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ILUSTRASI-BALI.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.