Relawan Literasi dari Seluruh Nusantara Berkumpul di Bogor, Perpusnas Tegaskan Gerakan Literasi

Forum Relima 2025 bukan sekadar ajang seremonial, melainkan ruang pembelajaran bersama yang menumbuhkan inovasi dan mempererat kerja sama antardaerah.

Perpusnas
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar Pertemuan Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Tahun 2025 di Bogor. 

TRIBUNJABAR.ID, BOGOR - Kota Bogor menjadi saksi pertemuan besar para pegiat literasi dari seluruh penjuru negeri.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar Pertemuan Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Tahun 2025, yang dihadiri oleh 180 relawan dari 177 kabupaten dan kota, serta 34 Fasilitator Daerah (Fasda) Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial tingkat provinsi. 

Ajang berskala nasional ini menjadi wadah strategis bagi para penggerak literasi untuk saling bertukar gagasan, memperluas jejaring, dan memperkuat gerakan literasi yang berakar dari masyarakat.

Forum Relima 2025 bukan sekadar ajang seremonial, melainkan ruang pembelajaran bersama yang menumbuhkan inovasi dan mempererat kerja sama antardaerah.

Para relawan literasi yang hadir membawa semangat perubahan dari wilayahnya masing-masing, berbagi pengalaman nyata tentang bagaimana kegiatan membaca, menulis, dan berbagi pengetahuan mampu menggerakkan ekonomi lokal serta memperkuat nilai sosial di tengah masyarakat.

Kepala Perpusnas dalam sambutannya menyampaikan rasa hormat dan kebanggaan atas dedikasi para relawan yang telah menyalakan obor literasi di berbagai pelosok negeri.

Ia menuturkan bahwa lebih dari 4.300 kegiatan literasi masyarakat dan 1.400 kolaborasi lokal telah terwujud berkat kerja keras mereka.

“Gerakan literasi nasional bukanlah kerja satu lembaga, tetapi kerja bersama yang tumbuh dari kolaborasi dan keyakinan bahwa setiap perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten,” ujarnya.

Pernyataan itu menggambarkan bahwa kekuatan utama gerakan literasi terletak pada gotong royong dan semangat berbagi dari masyarakat sendiri.

Di forum ini, beragam praktik baik ditampilkan sebagai bukti bahwa literasi tidak lagi sebatas kegiatan membaca, tetapi juga instrumen pemberdayaan sosial dan ekonomi. Dari Brebes, misalnya, relawan mengisahkan program pelatihan UMKM yang berbasis literasi digital.

Sementara di Badung, Bali, tumbuh komunitas klub baca remaja yang menjadi ruang kreatif generasi muda. Di Solok, hadir inisiatif literasi inklusif bagi anak-anak autis, sedangkan di Banjarmasin, pelatihan daur ulang ramah lingkungan menjadi inspirasi untuk menjaga kelestarian alam.

Semua inisiatif ini memperlihatkan bahwa gerakan literasi telah menjelma menjadi kekuatan sosial yang memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Perpusnas pun menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat sinergi lintas sektor. Salah satu langkah penting adalah penerbitan Surat Edaran Bersama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), serta rencana kerja sama dengan BKKBN untuk mengembangkan literasi keluarga.

Upaya ini diharapkan mampu menumbuhkan budaya literasi yang tidak hanya hidup di perpustakaan, tetapi juga menyentuh keluarga dan komunitas di akar rumput.

Mengakhiri sambutannya, Kepala Perpusnas menyampaikan pesan mendalam bahwa perpustakaan hadir demi martabat bangsa.

Ia mengajak seluruh relawan literasi agar terus menyalakan semangat kebersamaan dan gotong royong dalam membangun masyarakat literat, masyarakat yang tidak hanya gemar membaca, tetapi juga aktif belajar dan berbagi ilmu. Seruan tersebut menjadi penegasan bahwa literasi adalah fondasi penting dalam menciptakan bangsa yang cerdas, inklusif, dan berdaya saing.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved