Fakta-fakta Balita SA di Garut yang Alami Tulang Retak karena Dugaan Kelainan Genetik

Seorang balita berinisial SA (2) menyorot perhatian setelah videonya viral diduga korban kekerasan, padahal ada dugaan mengalami kelainan genetik.

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari
BUKAN KEKERASAN – Indah Marlianti (23) mengungkap kondisi anaknya, SA (2). Dia mengatakan, lebam bukan karena tindak kekerasan, melainkan penyakit langka. 
Ringkasan Berita:
  • Balita SA diduga mengalami kelainan genetik angka bernama Osteogenesis imperfecta (OI) yang salah satu akibatnya adalah tulang rapuh.
  • Balita SA kerap mengalami nyeri hingga muncul lebam, lalu sembuh dengan sendirinya.
  • Ibu balita SA, Indah sempat membawa anaknya ke pengobatan alternatif.
  • KPAID Jawa Barat tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan maupun reaksi trauma dari balita SA.

TRIBUNJABAR.ID - Seorang balita berinisial SA (2) menyorot perhatian setelah videonya viral diduga korban kekerasan, padahal ada dugaan mengalami kelainan genetik.

Dalam video yang beredar viral, SA terlihat mengalami luka di bagian wajah dan retak pada tangan.

SA adalah warga rumah susun di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Setelah videonya viral, SA pun dievakuasi ke rumah sakit. Hasilnya, terdapat retak tulang di bagian tangan, kaki, dan lebam di mata.

Kondisi tersebut juga sempat membuat sang kakek, Piat Haris geram dan ingin mencari pelaku jika cucunya adalah korban penganiayaan.

Lantas, bagaimana fakta-fakta di balik kondisi yang dialami balita SA?

1. Dugaan Kelainan Genetik

Ibu SA, Indah Marliantini (23) membantah bahwa anaknya mengalami penganiayaan, tetapi mengidap penyakit genetik langka bernama Osteogenesis imperfecta (OI).

BALITA KORBAN ANIAYA - SA (2) mengalami kekerasan fisik hingga retak tulang dan luka serius di wajah, ia merupakan warga rumah susun Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
BALITA KORBAN ANIAYA - SA (2) mengalami kekerasan fisik hingga retak tulang dan luka serius di wajah, ia merupakan warga rumah susun Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (dok HO - Tiktok Garutundercover)

Baca juga: Balita Viral SA Bukan Dianiaya! Ibu Tegaskan Anaknya Idap Penyakit Langka OI, Tulang Rapuh

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Osteogenesis imperfecta (OI) adalah penyakit bawaan yang menyebabkan tulang lebih rapuh, mata biru, penurunan pendengaran, kerusakan gigi, keterlambatan mental, dan kelemahan ligamen.

Indah menuturkan, ia sudah membawa anaknya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis.

Hasilnya, kata Indah, dokter menyampaikan bahwa tulang sang anak rapuh dan mudah patah akibat kelainan bawaan.

"Diagnosis kata dokter, anak saya mengidap penyakit OI (Osteogenesis imperfecta)," ujar Indah saat ditemui Tribunjabar.id di kediamannya di Kampung Kandang Sapi, Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, Jawa Barat, Selasa (12/11/2025).

2. Sering Mengalami Nyeri

Indah juga mengungkapkan, SA memang kerap mengalami nyeri mendadak tanpa sebab yang jelas sebelum viral. Kadang muncul lebam di pipi, bengkak di tangan, atau luka ringan di wajah. 

Menurutnya, kondisi itu kerap muncul setelah anak bangun tidur atau demam di malam hari. Namun hal tersebut sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan medis.

"Itu kalau lagi kepicu (kambuh) anak ini memang suka megangin lukanya, lagi sariawan juga dikorek-korek sama tangannya, karena aktif anaknya," ungkapnya.

3. Sempat Dibawa ke Pengobatan Alternatif

Indah mengaku sempat membawa anaknya ke pengobatan alternatif, hasilnya dinyatakan tidak ada tulang yang remuk. 

Namun setelah dilakukan rontgen di rumah sakit, dokter menemukan adanya patah tulang ringan. Meski demikian, anaknya aktif bermain lagi dalam tiga minggu kemudian. 

Ia memastikan semua kebutuhan anak dijaga dengan ketat, termasuk makanan, dan tidak ada perlakuan kasar dari pihak keluarga.

"Kalau itu (alergi) makanan enggak ya, karena saya pantau terus makanannya. Saya yang kasih langsung," ucapnya.

4. Tidak Ada Tanda-tanda Trauma

Ketua Forum Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Jawa Barat Ato Riannto mengatakan bahwa pihaknya tidak menemukan tanda-tanda kekerasan terhadap SA secara kasat mata.

KUNJUNGI SA - Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Jabar saat mengunjungi kediaman SA (2) anak yang diduga alami kekerasan di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Rabu (12/11/2025) sore.
KUNJUNGI SA - Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Jabar saat mengunjungi kediaman SA (2) anak yang diduga alami kekerasan di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Rabu (12/11/2025) sore. (Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari)

Baca juga: Apa Itu Osteogenesis Imperfecta, Penyakit Langka yang Diduga Diidap Balita SA Garut: Matanya Biru

"Kami menemukan bahwa dari hasil asesmen yang kami lakukan hari ini, kami secara kasat mata tidak menemukan terjadinya kekerasan pada anak," kata Ato, Rabu (12/11/2025).

Ia menuturkan, salah satu indikator yang terlihat adalah meskipun pihaknya tidak membawa psikolog, anak tersebut tampak tidak menunjukkan tanda-tanda trauma. Kondisinya terlihat tenang dan mampu berinteraksi dengan baik.

Ia menambahkan, luka yang semula cukup serius pun kini berangsur membaik. Bahkan, dalam waktu relatif singkat, luka-luka tersebut mulai menghilang.

"Bahkan tangan yang diduga ada keretakan tulang ternyata juga anak masih beraktivitas normal seperti biasa," ungkap Ato.

"Walaupun nanti mungkin keputusan yang resmi tentu akan diputuskan oleh pihak rumah sakit," lanjutnya 

Dari hasil asesmen sementara itu, pihaknya juga belum bisa menyimpulkan apakah terdapat kekerasan terhadap anak.

(Tribunjabar.id/Rheina, Sidqi Al Ghifari)

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved