TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung, menjadi salah satu perguruan tinggi yang turut memamerkan inovasi unggulan pada ajang Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025, di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung.
Pada kegiatan tersebut, Polman Bandung memamerkan mesin computer numerical control (CNC) MTU 200 Pro-generasi terbaru dari versi sebelumnya.
Ketua Jurusan Teknik Manufaktur Polman, Herman Budi Harja mengatakan, MTU 200 Pro mampu memotong material dengan pengukuran multi-axis, menghasilkan produk berpresisi tinggi.
Versi terbaru inipun, kata dia, memiliki ruang kerja lebih luas, memungkinkan pembuatan produk berukuran besar dan pemrosesan material keras seperti duraluminium.
“Sesuai dengan proyeksi nasional, isu objek penelitian Nasional kita kan harus memperkuat manufaktur, dan Polman sebagai yang paling senior di politeknik, punya rekam jejak dan kepakaran yang baik, dan sudah terbukti di masyarakat industri dan Masyarakat umum,” ucap Herman, dalam keterangannya, Rabu (13/8/2025).
Polman juga memamerkan Polebot AMR (Polman Education Robot–Autonomous Mobile Robot), robot pengantar material otomatis yang menggunakan teknologi navigasi berbasis Light Detection and Ranging (LiDAR).
LiDAR, kata dia, memungkinkan robot memetakan lingkungan, mendeteksi hambatan, dan menentukan rute secara real-time.
Dosen Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika Polman, Wahyu Adhie Candra, menjelaskan Polebot AMR memiliki kapasitas angkut hingga 500-kilogram dan teknologi komunikasi nirkabel untuk koordinasi multi-robot.
Inovasi ini membantu perusahaan meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi risiko kecelakaan kerja.
"KSTI 2025 menegaskan bahwa kemandirian teknologi bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Tiga hari konvensi ini meninggalkan pesan kuat bahwa jalan menuju Indonesia Emas 2045 akan sangat ditentukan oleh keberanian bangsa dalam berinvestasi pada sains, teknologi, dan industri," ujar Wahyu.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, mengatakan bahwa Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 menjadi titik awal pembuktian sains untuk ikut berkontribusi dalam menggerakkan industri dan memajukan ekonomi tanah air.
"KSTI ini bukan akhir ya. Setelah kita tutup ini bukan berakhir, tapi justru ini adalah awal bagaimana kerja-kerja besar, kerja-kerja keras yang akan dilakukan oleh teman-teman peneliti, profesor, dosen-dosen bersama seluruh mahasiswa untuk membuktikan bahwa benar kita menguasai sains dan teknologi dan benar sains dan teknologi itu bisa memberikan dampak lahirnya industri-industri berbasis sains dan teknologi," ujar Brian.
Brian menambahkan, berbagai kolaborasi lintas sektor yang terwujud melalui KSTI berhasil melahirkan Peta Jalan Riset Nasional.
"Sehingga, penelitian-penelitian ke depan, kajian-kajian di perguruan tinggi itu bisa betul-betul menjawab tantangan atau permasalahan yang ada di industri yang ada di BUMN, di UMKM-UMKM maupun di pemerintahan," katanya.
Melalui peta jalan yang terarah, Brian optimistis bahwa di masa depan, industri-industri berbasis sains dan teknologi bisa dilahirkan.
Brian berharap ke depan bisa ada percepatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Indonesia juga, kata dia, memiliki kemampuan SDM unggul dan penguasaan sains teknologi untuk mampu mengelola sumber daya-sumber daya penting yang menguasai hajat hidup orang banyak untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat.