TRIBUNJABAR.ID - Setiap peringatan HUT Kemerdekaan atau 17 Agutusan, identik dengan upacara pengibaran bendera.
Begitu juga dengan Paskibraka yang berperan penting untuk mengibarkan bendera pusaka dalam upacara tersebut.
Demikian upacara bendera dan Paskibraka pun menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.
Di balik kesakralannya ternyata ada kisah di balik terbentuknya Paskibraka Indonesia yang masih jarang diketahui masyarakat Indonesia.
Mengingat tak lama lagi Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-78, oleh karena itu tak ada salahnya mengenal sejarah terbentuknya Paskibraka.
Baca juga: Sosok Cabbyan Davita Gunawan Siswi SMAN 7 Bandung yang Terpilih Jadi Anggota Paskibraka Nasional
Pada peringatan Hari Kemerdekaan RI selalu diselenggarakan upacara nasional di Istana Negara.
Para pasukan pengibar bendera pusaka atau Paskibraka akan ditugaskan untuk mengibarkan sang merah-putih dalam upacara kenegaraan tersebut.
Pasukan tersebut, biasanya terdiri dari pemuda-pemudi seluruh Indonesia yang telah diseleksi dengan penilaian yang ketat.
Di balik itu semua, nyatanya hadirnya Paskibraka pada setiap upacara kenegaraan di Indonesia ternyata memiliki cerita yang cukup panjang.
Asal Usul Terbentuknya Paskibraka
Perlu diketahui, asal-usul terbentuknya Paskibraka, dituangkan dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor 14 tahun 2017, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
Disebutkan, bahwa asal-usul atau cikal bakal Paskibraka lahir bersamaan dengan terjadinya peristiwa proklamasi tahun 1945.
Tepatnya pada 17 Agustus 1945, pukul 10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56 Jakarta.
Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia pertama kali dikumandangkan, bendera kebangsaan merah-putih pun dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Latief Hendradiningrat.
Bendera tersebut, dijahit oleh tangan Fatmawati Soekarno. Bendera inilah, yang kemudian disebut dengan bendera pusaka.
Kala itu, bendera pusaka berkibar siang dan malam di tengah dentuman suara tembakan dan meriam dalam perjuangan melawan Belanda.
Walau ketika itu proklamasi kemerdekaan sudah dilakukan, namun kenyataannya perjuangan belum selesai.
Saat itu Belanda masih ingin menguasai Indonesia sehingga ketika itu perjuangan masih berlanjut.
Hingga pada 4 Januari 1946, situasi kota Jakarta semakin genting, sehingga Presiden Soekarno dan juga Wakilnya Bung Hatta, pergi meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan membawa bendera pusaka yang sebelumnya sudah berkibar.
Bendera tersebut dibawa dengan cara dimasukan ke dalam koper milik Presiden Soekarno, dan selanjutnya Ibukota Negara Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor 14 tahun 2017 dituliskan, bahwa terbentuknya pasukan pengibar bendera pusaka kemudian terjadi menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1946.
Presiden Soekarno ketika itu memerintahkan ajudannya yang bernama Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara kenegaraan terkait peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pada 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung, Yogyakarta.
Namun, ide membentuk Paskibraka ternyata bukan dari Presiden Soekarno melainkan lahir dari Mayor M. Husein Mutahar.
Ia berpikir, bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran bendera pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia.
Ia pun menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang laki-laki sebagai perwakilan daerah yang tengah berada di Yogyakarta untuk melakukan pengibaran bendera.
Akan tetapi, setelah itu Belanda kembali menggencarkan serangannya.
Baca juga: Viral Siswa SMA Mendadak Batal Lolos Paskibraka Nasional, Tiba-tiba Diganti Anak Perwira Polisi
Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi yang kedua. Proses penyelamatan bendera pusaka lagi-lagi harus dilakukan.
Presiden Soekarno, memberikan tanggung jawab kepada Husein Mutahar untuk menjaga bendera pusaka.
Setelah melalui perjalanan panjang, barulah bendera pusaka tersebut kembali diserahkan kepada Presiden Soekarno melalui Soedjono, orang yang dipercayakan oleh Soekarno kala itu.
Dengan diserahkannya bendera tersebut, maka selesailah misi Husein Mutahar untuk melakukan penyelamatan bendera pusaka.
Sejak saat itu, ia tidak lagi menangani masalah pengibaran bendera.
Akan tetapi pada tahun 1967, Husein Mutahar yang sedang menjabat sebagai Dirjen Urusan Pemuda dan Pramuka Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto.
Pemanggilan itu untuk menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka kembali dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta.
Dari sinilah, ia kemudian mengembangkan ide untuk membentuk pasukan pengibaran yang terdiri dari 3 kelompok.
Kelompok tersebut adalah kelompok 17 sebagai pengiring depan, kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan kelompok 45 sebagai pengawal.
Tiga kelompok tersebut diambil dari gambaran tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu 17-8-45. Nama pasukan pengibar bendera pun baru muncul pada tahun 1973.
Idik Sulaeman sebagai pembina pasukan pengibar bendera mengusulkan nama Pasukan Pengibara Bendera. Penyebutan Paskibraka sendiri, baru terjadi pada tahun 1973.
Idik Sulaeman, ketika itu melontarkan akronim untuk pasukan pengibar bendera pusaka yaitu Paskibraka.
Sejak saat itulah, pasukan pengibar bendera pusaka dikenal dengan sebutan Paskibraka. Itulah sedikit sejarah tentang terbentuknya Paskibraka di Indonesia
Artikel ini diolah dari TribunJakarta.com