TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Doni Salmanan si crazy rich Bandung kerap flexing atau pamerharta dari usaha trading.
Istilah flexing sendiri diungkap ekonom Rhenald Kasali mengomentari fenomena trading dan pamer harta. Dia menyebut, broker saham melakukan flexing sebagai upaya marketing bidang trading demi menarik minat pelanggannya.
Wajarkah itu?
"Selama informasi yang disebarkan tidak membodohi atau menipu publik, wajar. Dan kita yang mengonsumsi harus jauh lebih bijak menanggapinya. Cari tahu mendalam segala informasi yang terkait," ujar Yadi Supriadi, Komisaris Utama PT Didi Max Berjangka, dikutip dari Tribunnews, Rabu (9/2/2022).
Menurutnya, fenomena flexing para pelaku trading tidak lepas dari perkembangan teknologi.
"Nah, teknologi ini digunakan untuk strategi promosi online. Banyak sekali fenomena flexing dijadikan bahan pembuktian dari hal atau sesuatu yang dipromosikan," terangnya.
Di sisi lain, pengaruh pandemi Covid-19 membuat masyarakat mengincar duit secara online untuk sumber pemasukan.
Baca juga: Pembelaan Doni Salmanan dan Indra Kenz yang Disuruh Tobat, Dianggap Afiliator Trading Merugikan
Namun, sayangnya, obsesi bisnis online lewat trading itu tidak disertai dengan pemahaman tentang bisnis online yang mereka anggap mampu menghasilkan keuntungan besar itu. Akibatnya, banyak masyarakat yang akhirnya menjadi korban flexing.
"Tercatat mulai dari 2020 Corona muncul banyak sekali orang yang mencari tahu bisnis online, untuk mempermudah menghasilkan keuntungan tanpa pikir panjang, tanpa mencari tahu informasinya lebih dalam, dan hanya mengandalkan visual. Banyak sekali korban flexing," paparnya.
Didi Max Berjangka merupakan pialang berjangka dengan sistem direct acces. Perusahaan itu juga turut mensponsori Persib Bandung.
Dia kemudian berbagi tips soal dunia trading agar masyarakat tidak menjadi korban flexing dalam dunia trading.
Trading yang baik itu, harus sudah mengetahui resiko dan reward yang didapat. Caranya, dengan mengetahui teknik trading. Supri mewanti-wanti masyarakat tidak menitipkan dana trading.
"Risiko dan reward dapat kita pelajari dengan memahai ilmu dan teknik trading. Tidak titip dana trading," katanya.
Utu karena faktor resiko terlalu tinggi. Pasalnya, masyarakat tidak pernah tahu, apakah orang yang menerima titipan dana tersebut mumpuni atau tidak dalam bisnis trading.
"Dan urusan uang itu semua sensitif, rentan dibawa kabur. Jadi, lebih baik kelola dana sendiri dan pahami ilmunya karena trading forex ini bisnis jangka panjang yang keuntungannya bisa kita buat sendiri dan risiko kita bisa minimalisir sendiri," jelasnya.