Virus Corona di Jabar
Meski Kandangkan Puluhan Armadanya, PO Gapuraning Rahayu Tetap Gaji Sopir dan Kru Bus
Perusahaan Otobus (PO) di Ciamis terpaksa mengandangkan puluhan armadanya menyusul ditutupnya Jakarta bagi operasi bus.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS - Perusahaan Otobus (PO) di Ciamis terpaksa mengandangkan puluhan armadanya menyusul ditutupnya Jakarta bagi operasional bus dari semua daerah yang memiliki trayek tujuan Jakarta.
Mulai Senin (30/3), pukul 18.00, Pemprov Jakarta menutup semua terminal bus dan melarang operasional bus antarkota antar rovinsi (AKAP) termasuk menyetop operasional bus pariwisata untuk meminimalisasi penyebaran virus korona.
“Mulai Senin (30/3) sejak tadi siang, armada kami sudah tidak mengangkut penumpang lagi ke Jakarta. Seluruh bus dikandangkan di pool. Kondisi serupa juga dialami PO bus lainnya,” ujar Manajer PO Bus Gapuraning Rahayu (GR), Rd Ekky Bratakusumah, kepada Tribun, kemarin.
Menurut Ekky, PO GR sudah mengandangkan 50 bus di pool GR Jalan Raya Ciamis-Banjar Blok Pamalayan.
Semuanya merupakan bus dengan trayek Wangon/Cilacap–Terminal Kalideres, Terminal Kampung Rambutan, dan Terminal Lebak Bulus, Jakarta.
“Semuanya bus pemberangkatan dari wilayah Cilacap tujuan Jakarta. Kami tidak punya trayek dari Ciamis,” ujarnya.
PO GR juga mengandangkan 40 bus pariwisatanya.
Meski puluhan armada busnya dikandangkan, PO GR tidak merumahkan kru busnya baik sopir maupun kernet.
“Semua karyawan tetap masuk. Cuma kerjanya diarahkan untuk perawatan mobil, kebersihan, maupun cek mesin, Pokoknya mereka tetap kerja, dan tetap digaji ,” ujar Ekky
Di Garut, sekitar 300 bus AKAP dari Garut tujuan Jabodetabek sudah tidak beroperasi sejak Senin (30/3) pukul 18.00.
Ketua Organda Garut, Yudi Nurcahyadi, mengatakan, tidak beroperasionalnya ratusan bus itu, sangat merugikan. Ia pun meminta pemerintah bisa memberi insentif bagi sopir, kernet, dan pengusaha bus.
Pasalnya penutupan tersebut masih belum jelas waktunya.
"Untuk sopir harus ada bantuan langsung tunai (BLT). Kalau pengusaha minta insentif untuk penangguhan cicilan kendaraan, jaminan suku cadang, dan pengurangan pajak," ujarnya.
Berbeda dengan AKAP, mikrobus Elf dari Bandung ke sejumlah daerah di Garut justru masih ramai. Bahkan lonjakan penumpang terjadi pada akhir pekan.
"Sabtu Miinggu ada lonjakan penumpang ke selatan untuk Elf. Banyak yang pulang. Tapi kalau bus antarkota dalam provinsi (AKDP) seperti dari Bandung banyak yang tak jalan," katanya.
Tak hanya bus, sejumlah angkutan umum di Garut juga sudah banyak yang tak beroperasi. Dari empat trayek di perkotaan Garut, hanya 30 persen angkot yang masih beroperasi.
"Totalnya itu ada 320 angkot di kota. Artinya kurang dari 100 yang jalan. Itu pun setorannya tidak memadai. Harusnya Rp 150 ribu, ini paling setor Rp 50 ribu," katanya. (andri m dani/firman wijaksana)