TRIBUNJABAR.ID - Penemuan ular kobra masih berlanjut. Kasus teranyar terjadi di Jatinangor.
Ular tersebut ditemukan oleh anak-anak di Dusun Cinumbar, Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Sabtu (25/1/2020).
Anak-anak yang akan bermain voli itu mengerubungi ular di depan rumah Dedeng Saipurohman.
Dedeng mengatakan ular tersebut sempat terinjak olehnya.
Penemuan ular di dekat pemukiman membuat warga tak tenang.
Apalagi bila ular tersebut adalah ular berbisa.
Masyarakat sebaiknya mampu mengenali ular berbisa agar tidak terkena gigitannya.
Gigitan ular berbisa dapat membuat kelumpuhan, tidak bisa bernapas, hingga meninggal.
Sebenarnya racun pada ular adalah kelenjar ludah (saliva) yang termodifikasi.
Bisa ular terdiri dari bahan kimi dan enzim yang kandungannya 90 persen adalah protein.
Ada dua penggolongan bisa ular yakni.
1. Neurotoksin
Neurotoksin berbahaya karena dampaknya melumpuhkan sistem saraf pusat, jantung dan pernafasan.
Terdapat pada ular kobra, ular mamba, ular laut, dan ular karang.
2. Hemotoksin
Hemotoksin berbahaya karena menyerang sistem sirkulasi darah dan sistem otot.
Serta menyebabkan kerusakan jaringan, kelumpuhan permanen pada kemampuan gerak otot.
Terdapat pada keluarga ular Viperidae seperti ular derik (rattle snake), cottonmouth, dan lainnya.
Volume bisa yang masuk ke dalam tubuh manusia sangat bervariasi, tergantung jenis ular dan ukurannya.
Jangan menilai ular dari ukuran tubuhnya, karena ular berbisa yang kecil sekalipun dapat membunuh manusia.
Bagaimana cara membedakan ular berbisa dan tidak?
Sebenarnya tidak ada cara yang sempurna untuk mengetahui ular tersebut berbisa atau tidak.
Namun, Anda bisa menggunakan daftar perbedaan ular berbisa dan tidak yang dikutip dari Professional Wildlife Removal yang dilansir dari Kompas.com.
• Anak Ular Kobra di Jatinangor Ditemukan Anak-anak yang Hendak Bermain Voli
• Jenis Racun Ular Berbisa, Termasuk Ular Weling dan King Kobra, Begini Efek Bahaya dari Gigitannya
Ular Berbisa
Ciri-ciri ular berbisa:
Pupil mata lonjong (elips), mata seperti celah, seperti pada kucing.
Bentuk kepala segitiga dan luas atau gemuk.
Tubuh lebih berpola dan berwarna-warni.
Ekor berderik.
Ada lubang di antara hidung dan mata sebagai penginderaan panas pada moncongnya.
Sisik-sisik di bawah ekor tidak terbagi dua polanya.
Perilaku aneh, gerakan lambat dan tenang.
Beraktivitas pada malam hari (nocturnal).
Memiliki taring bisa, racun mematikan.
Membunuh mangsa dengan menyuntikkan bisa.
Setelah menggigit masih tinggal di tempat.
Ular Tidak Berbisa
Ciri-ciri ular tidak berbisa:
Pupil mata bulat.
Bentuk kepala bulat oval.
Sisik-sisik di bawah ekor polanya terbagi dua.
Warna solid dan kurang berpola.
Gerakannya cepat dan agresif.
Beraktivitas pada siang hari (diurnal).
Tidak memiliki taring bisa, gigitannya tidak mematikan.
Membunuh mangsanya dengan membelit.
Setelah menggigit langsung lari.
Namun, ciri-ciri ular berbisa di atas tidak semuanya bisa diterapkan pada ular kobra, ular weling , dan ular berbisa lainnya.
Umumnya, ular berbisa kepalanya berbentuk segitiga namun tidak bagi ular kobra dan weling.
Ular kobra (Naja sputratix): kadar bisa tinggi tapi kepala oval dan gerakan tenang.
Ular king kobra (Ophiophagus hannah): kadar bisa tinggi, agresif, aktif siang dan malam.
Ular weling (Bungarus candidus): kadar bisa tinggi, kepala oval.
Ular welang (Bungarus fasciatus): kadar bisa tinggi, kepala oval, gerakan tenang.
Ular picung atau pudak seruni: kadar bisa tinggi, kepala oval, gerakan gesit, aktif siang hari.
Ular karang: berbisa, kepala bundar, pupil bundar, berwarna dan tidak ada lubang penginderaan panas.
Semua jenis ular laut: berbisa, gerakan lamban di pasir atau pantai.
Semua jenis ular piton dan boa: tidak berbisa, aktif malam hari.
Ular juga berperilaku beda di air. Ular air yang tidak berbahaya hanya akan mengeluarkan kepalanya di atas air, tubuhnya di bawah air.
Sedangkan ular air yang berbahaya seperti Cottonmouth biasanya berenang dengan seluruh tubuhnya melayang di atas air.