Berita Viral

Penyebab Dokter Dimaki dan Dipaksa Buka Masker Keluarga Pasien di RSUD Sekayu, Dinkes Kawal Kasus


Beredar video viral kasus seorang dokter dimaki hingga dipaksa buka masker oleh keluarga pasien TBC, terungkap penyebabnya.

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Instagram RSUD Sekayu dan Istimewa
KASUS DOKTER DIMAKI: Tangkap layar keluarga pasien berbuat arogan ke dokter RSUD Sekayu. dr. Syahpri, Sp.PD KGH (kanan) kini mendapat pendampingan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dinkes, dan tenaga profesi lainnya siap kawal guna mencari keadilan dalam kasus ini.  
 

TRIBUNJABAR.ID - Baru-baru ini beredar video viral kasus seorang dokter dimaki hingga dipaksa buka masker oleh keluarga pasien TBC.

Peristiwa tersebut menimpa dokter Syahpri Putra Wangsa di RSUD Sekayu yang beralamat di Jl. Bupati Oesman Bakar, Lkr 1, Kayu Ara, Kec. Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Video keributan itu viral dibagikan akun Instagram @miminsekayu.

Tampak Syahpri Putra Wangsa yang merupakan dokter spesialis ginjal RSUD Sekayu itu mengalami tindakan tidak menyenangkan dari keluarga pasien.

Dokter Syahpri yang saat itu bertugas melakukan visit ke ruang VIP pasien TBC, dimaki hingga dipaksa membuka masker.

Padahal pasien yang ditanganinya merupakan pasien TBC (Tuberkulosis), yaitu penyakit menyerang paru-paru dan organ lainnya yang bisa menular.

Baca juga: Sosok Dokter Syahpri RSUD Sekayu, Sabar saat Dimaki-maki Keluarga Pasien dan Dipaksa Buka Masker

TBC bisa menular melalui udara, terutama saat penderita TBC paru batuk, bersin, tertawa, hinggar berbicara.

Terkait video keributan antara dokter dan pasien tersebut pun sontak menuai beragam reaksi dari warganet.

Sebagian banyak warganet mengecam aksi yang dilakukan pasien TBC tersebut.

Lalu, apa sebenarnya penyebab dokter RSUD Sekayu tersebut dimaki hingga dipaksa membuka masker ?

Ternyata, penyebab dokter Syahpri dimaki hingga dipaksa membuka masker itu diduga dipicu kesalahpahaman.

Diketahui saat dimaki, keluarga pasien meminta pulang namun ditolak lantaran sampel dahak yang belum memadai sehingga dilanjutkan untuk pemeriksaan.

Keluarga pasien tidak puas dengan pelayanan RSUD Sekayu yang dinilai lambat untuk pindah ruangan.

Di sisi lain, keluarga pasien kurang pemahaman terhadap penjelasan medis soal sampel dahak yang belum cukup untuk memeriksa TBC yang diduga diderita pasien.

Selain itu, penyebab dr Syahpri dipaksa membuka masker ternyata keluarga pasien menuduh sang dokter spesialis itu sebagai dokter abal-abal.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut simak kronologi kejadiannya.

Kronologi Kejadian

Pada 8 Agustus 2025, pasien tersebut masuk ke Ruang Leban RSUD Sekayu pada pukul 21.05 WIB dari IGD.

Pihak rumah sakit saat itu pun melakukan edukasi dan orientasi ruangan, serta merencanakan pemeriksaan dahak TCM (Tes Cepat Molekuler) karena pasien dicurigai TBC.

Kemudian pasien mengalami kesadaran menurun dan kesulitan berkomunikasi, sehingga pengambilan dahak tidak bisa dilakukan segera.

Pada 9 - 11 Agustus 2025, kondisi pasien masih dipantau, mulai dari kadar gula darah hingga tekanan darah.

Kondisi pasien belum bisa batuk efektif, sehingga sampel dahak yang dihasilkan terlalu sedikit.

Kemudian edukasi ulang diberikan kepada dokter kepada  keluarga bahwa dahak belum cukup untuk pemeriksaan TBC.

Hal itulah yang menyebabkan dokter menyarankan agar pasien belum boleh dipindahkan ruangan sampai hasil TCM keluar.

Pada 11 Agustus 2025, dokter Syahpri memeriksa pasien dan menyampaikan secara langsung kepada keluarga bahwa dahak masih belum cukup untuk pemeriksaan laboratorium.

Keesokan harinya, 12 Agustus 2025 pukul 06.30 WIB, dokter Syahpri kembali melakukan kunjungan.

Saat itulah keluarga pasien meminta pasien dipindahkan ruangan, namun ditolak karena sampel dahak belum mencukupi untuk diagnosis.

Ketegangan pun memuncak ketika salah satu anggota keluarga pasien memaki dan memaksa dokter Syahpri membuka masker saat pemeriksaan.

“Kapan bisa pindah ke Ruangan Petanang?” Pertanyaan itu disampaikan langsung kepada dokter spesialis penyakit dalam, dr. Syahpri.

Kemudian dokter Syahpri menjelaskan bahwa pemindahan pasien baru dapat dilakukan setelah sampel dahak terkumpul dan pemeriksaan TCM selesai dilakukan.

Hal itu penting untuk memastikan diagnosis dan penanganan medis tepat, mengingat pasien diduga mengidap TBC.

Namun, keluarga pasien mengatakan akan tetap membawa pulang pasien jika dahak tak kunjung keluar. 

Mereka beralasan karena tidak ada kepastian dari pihak rumah sakit terkait waktu pemindahan dan perawatan anggota keluarganya. 

Dengan nada lembut, dokter Syahpri meminta agar pasien tidak dibawa pulang karena kondisi kesehatan pasien yang belum stabil. 

Keluarga pasien lalu bertanya apakah ada cara lain selain pemeriksaan dahak untuk memastikan diagnosis TBC

Dokter Syahpripun  menjelaskan bahwa sebenarnya ada alternatif dengan melakukan pemeriksaan radiologi foto rontgen (thorax). 

Meskipun begitu, ia menegaskan untuk memastikan diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan dahak atau TCM.

Alih-alih memahami penjelasan, keluarga pasien malah kembali bertanya dengan nada tinggi dan marah, bahkan melakukan tuduhan.

"Apakah dokter ini abal-abal? Kalau dokter abal-abal, saya akan laporkan dan cabut lisensinya," ujar salah satu anggota keluarga pasien.

Sementara itu dokter Syahpri berusaha meredam situasi dengan mengatakan, "Sabar, Pak."

Namun, bukannya tenang, pihak keluarga justru emosi makin memuncak.

Baca juga: Viral Detik-detik Maling di Sukabumi Terjebak di Atap Rumah Warga, Sempat Loncat dari Atap ke Atap

Salah satu anggota keluarga pasien kemudian menarik lengan baju dokter sembari mengancam secara verbal. 

Keluarga pasien juga merekam kejadian tersebut dengan ponselnya.

Dokter Syahpri sempat meminta untuk tidak merekam. 

Namun, permintaan itu membuat emosi pihak keluarga meledak. 

Merasa situasi memanas, dr. Syahpri menginstruksikan kepada perawat untuk merekam balik, seperti yang terjadi dalam video yang beredar.

Setelah viral, kini kasus pemaksaan terhadap dokter Syahpri ini viral, bahkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan siap mengawal kasus ini.

Dinas Kesehatan Sumsel Siap Kawal

Dikutip dari TribunSumsel.com, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengatakan tengah menindaklanjuti kasus tak menyenangkan yang dialami dr Syahpri.

"Sudah kita tindaklanjuti dengan menyurati secara langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten Muba yang ditembuskan ke RSUD Sekayu," kata Kepala Dinkes Sumsel, dr Trisnawarman saat dikonfirmasi, Kamis (13/8/2025).

Menurut Trisnawarman, pihaknya telah menerima informasi bahwa korban bersama pihak RSUD Sekayu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dinkes Sumsel, dan tenaga profesi lainnya telah mendatangi Polres Muba untuk membuat laporan resmi.

Sebagai langkah lanjutan, Dinkes Sumsel telah mengirimkan surat kepada Dinkes Muba untuk melakukan pendalaman kasus.

Surat tersebut memuat lima poin yang harus dilaporkan, yaitu identitas dokter yang terlibat, tempat praktik, kronologis singkat kejadian, kondisi terkini pasien dan tenaga medis, serta upaya penanganan yang dilakukan pihak rumah sakit dan Dinkes Kabupaten.

"Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Tidak boleh terjadi kekerasan di negara kita, apalagi terhadap dokter. Kami juga meminta proses hukum tetap dikawal dari Dinkes Pemkab Muba," ujarnya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved