Kisah Sukirwan dan Perahu Eretan di Kali Ciliwung Tarif Seikhlasnya Bertahan di Tengah Kota Jakarta

Meski sudah banyak transportasi yang lebih modern, jasa penyeberangan perahu eretan tetap setia bagi warga lokal yang ditarik tangan renta Sukirwan.

Editor: Hilda Rubiah
Tribunjakarta/Elga Hikari Putra
KISAH HIDUP: Sukirwan (80) penarik perahu eretan yang masih melayani penumpang di aliran Kali Ciliwung, tepatnya di perbatasan Tanah Abang dan Palmerah, tarif seiklhasnya. 

Ia pun mengaku setuju saja jika bantaran Kali Ciliwung disulap menjadi tempat nongkrong yang kekinian seperti gagasan dari Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.

Yang terpenting, ia masih diperbolehkan untuk mencari nafkah dengan mengantarkan warga yang ingin menyeberang di aliran Kali Ciliwung.

“Saya cuma mau cari nafkah. Sampai hari ini masih kuat, belum pernah sakit,” tutup Sukirwan dengan senyum mengambang di wajahnya yang legam diterpa matahari dan waktu.

Sejumlah warga pun mengaku masih membutuhkan keberadaan perahu eretan di aliran Kali Ciliwung.

"Karena kalau muter jauh, jadi lebih cepat naik eretan kayak begini. Ini udah ada dari dulu," ujar Diki (23) warga yang tengah menaiki eretan Sukirwan.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kisah Sukirwan dan Perahu Eretan yang Bertahan di Tengah Gemerlap Jakarta

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved