Menguak Ancaman Abrasi, EIGER Films Rilis "Matra Pantura" untuk Masyarakat Pesisir

EIGER Films baru saja merilis sebuah film dokumenter tentang kondisi memprihatinkan warga pesisir di Pulau Jawa akibat dampak abrasi air laut.

istimewa
FILM DOKUMENTER - EIGER Films baru saja merilis sebuah film dokumenter tentang kondisi memprihatinkan warga pesisir di Pulau Jawa akibat dampak abrasi air laut. Berjudul "Matra Pantura: Dialog Perubahan Iklim di Batas Pesisir," karya sinematik ini dirilis untuk menggugah kesadaran akan kondisi memprihatinkan masyarakat akibat dampak buruk abrasi di sekitar pesisir pantai Pulau Jawa.  

TRIBUNJABAR.ID - EIGER Films baru saja merilis sebuah film dokumenter tentang kondisi memprihatinkan warga pesisir di Pulau Jawa akibat dampak abrasi air laut.

Berjudul "Matra Pantura: Dialog Perubahan Iklim di Batas Pesisir," karya sinematik ini dirilis untuk menggugah kesadaran akan kondisi memprihatinkan masyarakat akibat dampak buruk abrasi di sekitar pesisir pantai Pulau Jawa. 

Film ini  menampilkan upaya kolaborasi antara masyarakat lokal dan organisasi lingkungan.

Dadan Sulaeman, dari Siput Leader Wanadri, didampingi Tomi Subaroh, Siput Vice Leader, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama salah satu tokoh di pesisir pantai Kabupaten Subang, Abah Ncay, merangkul anak-anak muda untuk bekerja sama dengan Wanadri dalam upaya penghijauan kembali Desa Mayangan yang terabrasi.

"Sejak kecil kami sudah sering main ke hutan sambil mencari ikan untuk kita bakar dan kita makan bersama," kenang Dadan Sulaeman dan Tomi Subaroh. 

Baca juga: EIGER Films Hadirkan Film"Matra Pantura" Tentang Kekhawatiran Dampak Abrasi Bagi Warga Pesisir Jawa

Mereka menegaskan komitmen mereka terhadap lingkungan di mana dahulu Desa Mayangan menyimpan banyak memori yang terpendam meski wilayahnya kecil.

"Namun sekarang Desa ini sudah terkena abrasi oleh air laut," kata Dadan Sulaeman.

Dadan Sulaeman menjelaskan, "Siput" merupakan singkatan dari Siaga Pesisir Utara, ia mengakui, warga Desa Mayangan sering menjadi korban dampak banjir, abrasi, dan pasang surut air laut. 

Mereka secara rutin melakukan patroli di antaranya ke petak 33 di Desa Mayangan untuk menanam mangrove, bahkan memberi nama pada setiap tiga pohon yang mereka tanam. 

"Kalau disebut bangga saya sangat bangga, jadi kalau mau membangun Desa Mayangan lebih baik ayo bareng-bareng," seru Dadan Sulaeman penuh semangat.

Komitmen dan Tantangan dari Wanadri

Sementara itu, Mansyurb, Wali Mangrove 'Field Manager Wanadri, menyampaikan pandangan yang lebih pragmatis mengenai upaya mereka, baginya, membantu Desa Mayangan adalah hal biasa, Ia merasa bahwa pencapaian Wanadri selama dua tahun di Desa Mayangan masih jauh dari sempurna. 

Motivasi Wanadri, menurutnya, berasal dari hakikat dan janji organisasi itu sendiri.

"Mengalamkan alam, dan memanusiakan manusia," ujar Mansyur. 

Irawan Marhadi, Wanadri Operational Director, menambahkan, kedatangan Wanadri mungkin menjadi tonggak kepedulian baru terhadap pesisir. 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved