Warga Melakasari Cirebon Terus Buru Tikus sambil Tunggu Hasil Lab, Khawatir Leptospirosis
Gerakan spontan untuk memburu tikus dilakukan menggunakan racun. Setiap tikus yang ditemukan mati langsung dikubur menghindari penyebaran penyakit
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
"Tikus seperti itu yang sedang kami cari,” jelas dia.
Hingga kini, total ada puluhan tikus yang berhasil ditangkap warga, namun semuanya bukan target utama.
"Sudah dari minggu kemarin, kami mencari tikus botak yang disebut-sebut membawa bakteri Leptospira, tapi belum ditemukan. Total ada puluhan ekor yang berhasil ditangkap, tapi semuanya bukan target,” katanya.
Perburuan dilakukan tidak hanya di sekitar rumah pasien di RT 04 RW 01, Dusun 1, tapi diperluas ke seluruh wilayah desa.
Warga bahkan menyisir selokan, kolong jembatan, dan pondasi rumah pada malam hari.
“Siang hari sangat sulit, karena tikusnya sembunyi. Jadi malam hari kami hanya bisa menjebaknya pakai racun tikus. Karena kalau dipukul pakai kayu, dikhawatirkan darahnya muncrat dan bisa menulari warga,” ujarnya.
Adapun warga yang dinyatakan positif leptospirosis berinisial MM, kini dalam masa pemulihan dan menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Pasien sekarang sedang isolasi mandiri. Setiap pagi juga dianjurkan untuk berjemur. Tim medis juga meminta agar masyarakat tidak menjauhi pasien karena bakteri leptospirosis tidak menular lewat pernapasan,” ucap Sochibi.
Ia menjelaskan, penularan hanya bisa terjadi melalui kontak dengan air urine, kotoran, atau makanan sisa pasien.
Karena itu, keluarga diminta menjaga jarak dan tidak makan dari satu wadah bersama.
Sochibi menduga, tikus pembawa bakteri bisa jadi bukan berasal dari lingkungan desa, melainkan terbawa arus banjir dari wilayah lain.
“Bisa jadi tikus itu bukan berasal dari desa kami, tapi terbawa banjir dari luar."
"Makanya kami terus waspada dan akan terus mencari sampai tikus itu ditemukan. Harapan kami, warga bisa kembali tenang,” jelas dia.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon melalui Kepala Dinkes, Neneng Hasanah menegaskan, bahwa status Kejadian Luar Biasa (KLB) belum dapat ditetapkan karena belum memenuhi indikator epidemiologis lengkap.
“Penetapan KLB tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan satu parameter hasil laboratorium. Harus ada konfirmasi klinis dan hasil lab yang lengkap,” ujar Neneng, Senin (16/6/2025).
Baca juga: Jebakan Tikus Makan Korban Lagi di Indramayu, Petani Tewas Tersengat Listrik di Sawah Sumber Jaya
Bocah di Cirebon Ketahuan Mau Lempar Kereta Api yang Lewat, Berakhir Diamankan Petugas |
![]() |
---|
Angkot di Cirebon Terbakar Diduga gara-gara Sedot BBM Pakai Selang, 2 Mobil Lain Ikut Hangus |
![]() |
---|
Serangan Tikus Bikin Petani di Indramayu Pusing, Produksi Menurun Hingga Modal Tanam Membengkak |
![]() |
---|
Berawal hanya Bikin untuk Anak, Yusuf Kini Jadi Juragan Layangan di Harjamukti Cirebon |
![]() |
---|
Kebakaran di Pabrik Daur Ulang Plastik di Cirebon, Api Diduga dari Tumpukan Barang Mudah Terbakar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.