Kisah Sukses Mustika Arsri, Anak Petani yang Membangun Habibi Garden

Di balik canggihnya dunia pertanian Indonesia, ada sosok perempuan tangguh yang turut mengubah paradigma lama soal bertani. 

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Januar Pribadi Hamel
Dok Mustika Asri
BERSAMA PETANI - Mustika Asri bersama para petani dari Habibi Garden 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di balik canggihnya dunia pertanian Indonesia, ada sosok perempuan tangguh yang turut mengubah paradigma lama soal bertani. 

Dia adalah Mustika Arsri, perempuan asal Sumatera Barat yang kini menetap di Bandung dan ikut membesarkan Habibi Garden, sebuah startup agritech yang berdiri sejak 2016 dan fokus pada inovasi teknologi pertanian.

Meski secara resmi bisnis ini adalah milik sang suami, Mustika mengambil peran penting dalam pengembangan produk dan membangun relasi langsung dengan petani. 

Bagi Mustika, Habibi Garden lebih dari sekadar bisnis. Ini adalah jalan untuk kembali ke akar, pada cita-cita masa kecilnya sebagai anak dari keluarga petani.

“Saya anak petani, dari kecil udah akrab sama sawah. Saya kuliah di Unpad jurusan pertanian, saya sadar bahwa pertanian itu bukan cuma soal kotor-kotoran. Ada teknologi yang bisa bikin pertanian jadi menarik dan modern,” katanya saat ditemui di event SheConnect, di ITB Innovation Park Summarecon Bandung, Selasa (3/6/2025).

Melalui Habibi Garden, Mustika dan timnya menciptakan berbagai alat pertanian berbasis teknologi, salah satunya Smart Farming dan Kelana AI. 

Ia menjelaskan, alat ini berfungsi layaknya “dokter tanaman”, dengan teknologi kecerdasan buatan yang mampu mendiagnosis kondisi nutrisi tanaman secara spesifik, sehingga pemupukan bisa dilakukan lebih tepat guna dan efisien.

“Dengan alat ini, petani bisa tahu kapan waktu terbaik untuk memberi pupuk atau air. Jadi enggak lagi asal tebak-tebak, dan hasilnya tentu lebih optimal,” jelasnya.

Alat ini mulai banyak digunakan sejak masa pandemi, saat kebutuhan akan efisiensi dan digitalisasi pertanian meningkat drastis. 

Saat itu pula, Mustika dan timnya menghadapi tantangan besar, yaitu mengenalkan teknologi kepada petani-petani konvensional yang belum terbiasa dengan pendekatan berbasis data.

“Kita pakai pendekatan lilin. Pelan-pelan, menyala satu, lalu menyalakan yang lain. Petani itu enggak bisa langsung di-brainwash pakai teknologi, harus ada bukti nyata dulu,” jelasnya.

Strategi mereka adalah membuat pilot project di kebun petani. Begitu petani melihat sendiri hasil positif dari penggunaan teknologi, kepercayaan pun tumbuh.

Habibi Garden juga ingin melakukan regenerasi petani muda. 

Mustika percaya, sektor pertanian tidak akan maju jika anak muda enggan turun ke sawah. 

Maka, mereka tidak hanya menjual alat, tetapi juga aktif mengedukasi dan membimbing generasi muda yang tertarik menjadi petani modern.

“Banyak orang mikir jadi petani itu harus punya modal gede dan lahan luas. Padahal enggak juga, dengan urban farming dan alat pertanian modern, itu bisa diakali,” katanya.

Suami Mustika adalah contohnya, karena dulunya bekerja di perusahaan elektronik, lalu memilih beralih ke dunia pertanian. 

Kini, di Habibi Garden, mereka tak hanya bertani tapi juga membina ratusan kelompok tani.

Hingga saat ini, lebih dari 100.000 petani di Indonesia sudah menggunakan alat dari Habibi Garden.

Di Lembang, mereka memiliki kebun hortikultura yang menghasilkan tomat ceri, kale, cabai, dan bawang, bahkan sudah masuk ke pasar modern dan supermarket.

“Tomat ceri kita kolaborasi dengan perusahaan Korea, bahkan udah dikasih stevia, jadi langsung manis dimakan mentah,” ucap Mustika.

Bagi Mustika, dunia pertanian tak hanya soal tanah dan benih, tapi juga soal ketekunan dan manajemen. 

Menurutnya, petani gagal bukan karena hasilnya buruk, tapi karena tidak punya pencatatan keuangan yang baik.

“Mereka tanam, panen, tapi enggak tahu sebenarnya untung atau rugi. Di sinilah kita bantu, edukasi tentang pencatatan dan perencanaan, karena  bertani itu harus bertahanin’,” ujarnya.

Melalui event SheConnect, Mustika juga ingin menjangkau para perempuan petani lewat program pemberdayaan wanita tani. 

Ia percaya, peran istri petani sangat besar dalam mengadopsi teknologi di rumah tangga pertanian.

“Kita masuk dari ibu-ibu dulu, mengajarkan mereka tentang digitalisasi. Supaya nanti mereka bisa pengaruhi suaminya buat go digital juga,” katanya.

Lewat akun Instagram @habibi_garden, para petani muda atau siapa pun yang ingin bertani bisa langsung mengakses produk dan edukasi dari Habibi Garden

Mustika berharap semakin banyak orang yang melihat pertanian sebagai sektor masa depan.

“Kami ingin anak muda bangga jadi petani, karena kalau dikelola dengan teknologi dan data, hasilnya bisa lebih dari UMR, tinggal sabar dan tahan prosesnya,” ujarnya.

Dalam dunia yang makin serba digital, Mustika membuktikan bahwa bertani pun bisa modern dan menguntungkan. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved