Dedi Mulyadi Minta Maaf soal Pendidikan di Barak Militer: Tidak Ada yang Sempurna

Meski dijalankan dengan niat tulus, Dedi Mulyadi menyadari pelaksanaannya belum sempurna.

Editor: Ravianto
tribunjabar.id / Nazmi Abdurrahman
PENDIDIKAN KARAKTER - Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi menangis, saat memeluk siswa peserta pendidikan berkarakter, di halaman Gedung Sate,Kota Bandung, Selasa (20/5/2025). Meski dijalankan dengan niat tulus, Dedi Mulyadi menyadari pelaksanaannya belum sempurna. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pendidikan karakter yang intensif di barak militer Resimen Armed 1/ Sthira Yudha Purwakarta dan di Dodik Bela Negara, Lembang, Kabupaten Bandung Barat selesai pada Minggu (18/5/2025).

Pendidikan karakter di barak militer yang dicetuskan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ini memang bukan sekadar hukuman, melainkan pendekatan pendidikan disiplin dan tanggung jawab. 

Program ini diharapkan menjadi titik balik bagi para pelajar yang sempat terjerumus dalam pergaulan negatif.

Setelah batch pertama atau gelombang pertama selesai, Dedi Mulyadi menyampaikan permohonan maaf atas berbagai kekurangan dalam pelaksanaan program pendidikan berkarakter yang baru selesai dijalankan.

Meski dijalankan dengan niat tulus, Dedi Mulyadi menyadari pelaksanaannya belum sempurna.

"Awal tidak pernah ada sempurna, pasti ada kurangnya," kata Dedi Mulyadi di akun media sosialnya, Rabu (21/5/2025).

Ia menegaskan, segala kekurangan dalam program ini akan terus disempurnakan dari waktu ke waktu.

"Tidak ada kesempurnaan dalam sebuah kegiatan, tetapi kesempurnaan hanya akan lahir dengan kita mau bekerja dan terus mau memperbaiki diri," tegasnya.

Dedi Mulyadi meminta para orang tua agar menyayangi anak-anak mereka sepenuh hati setelah menjalani hampir dua pekan pendidikan karakter tersebut.

"Untuk seluruh orang tua yang hari ini bisa kembali bersama anak-anaknya setelah hampir dua pekan terpisah, semoga anak-anak sekarang yang kembali ke pangkuan ibu dan ayahnya semakin tumbuh dengan kultur dan karakter yang baru," katanya.

Namun, Dedi juga mengungkapkan, terdapat 13 anak yang tidak dijemput orang tuanya.

Mereka diduga tidak memiliki orang tua atau merupakan anak dari keluarga yang terpisah, termasuk yang ibunya menjadi tenaga kerja di luar negeri.

Menyadari kondisi tersebut, Dedi Mulyadi memutuskan menjadi orang tua angkat bagi mereka.

Ia memaknai pendidikan karakter ini sebagai langkah awal membangun peradaban baru di Tanah Sunda, tanah yang disebutnya sebagai warisan leluhur.

"Program pendidikan berkarakter adalah langkah awal membangun sebuah peradaban baru, peradaban Tanah Sunda, tanah yang sangat dicintai masyarakat, tanah yang dititipkan leluhur Siliwangi," jelasnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved