Proyek Tol Pasteur-Lembang Bakal Jadi Skala Prioritas, Pakar ITB: Hanya akan Perburuk Kemacetan

Sony menyebut sebelumnya ada wacana di tahun 2000 dan 2010-an mengenai solusi transportasi seperti pembangunan tol dari Padalarang-Lembang.

Penulis: Nappisah | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/ Hilman
Ilustrasi Tol Pasteur--- Ribuan kendaraan antre keluar Gerbang Tol Pasteur untuk memasuki Kota Bandung, Rabu (25/12/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, menjadikan proyek pembangunan Tol Pasteur-Lembang sebagai salah satu skala prioritas dalam program pembangunan infrastruktur di masa kepemimpinannya. 

Merespon program strategis ini, pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono, menilai bahwa pembangunan tol dalam kota, termasuk Tol Pasteur menuju Lembang, hanya akan memperburuk kemacetan perkotaan.

Sony menyebut sebelumnya sudah ada beberapa wacana di tahun 2000 dan 2010-an mengenai solusi transportasi seperti pembangunan tol dari Padalarang ke Lembang atau kereta gantung dari Ngamprah ke Lembang. 

Baca juga: Dedi Mulyadi Malu, 140 Ribu Rumah di Jabar Belum Punya Listrik: Tahun Ini Jawa Barat Caang

Namun Spny menilai membangun jalan tol sebagai solusi utama kemacetan di kawasan perkotaan justru akan menciptakan masalah baru di masa depan. 

"Tol tidak akan mengatasi masalah kemacetan, justru akan memperburuknya. Pembangunan tol hanya akan mendorong peningkatan penggunaan kendaraan pribadi, yang pada akhirnya akan memperparah kepadatan lalu lintas," ujar Sony, kepada Tribunjabar.id, Selasa (21/1/2025). 

Sony menilai bahwa membangun tol dalam kota hanya akan meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi yang pada gilirannya akan memperburuk kepadatan di daerah-daerah seperti Lembang

Selain itu yang perlu dipikirkan menurut Sony, dengan semakin banyaknya kendaraan yang masuk, kebutuhan akan lahan parkir juga akan meningkat.

Hal inimenjadikan kawasan Lembang semakin sesak dan kurang nyaman bagi wisatawan serta penduduk setempat. 

"Kenaikan jumlah kendaraan pribadi akan menciptakan masalah baru, seperti kekurangan lahan parkir yang akhirnya akan mengganggu kenyamanan bagi wisatawan," jelas Sony.

Dia menyebut tidak ada kota di dunia yang nyaman dihuni dan sering disebut sebagai kota berkelanjutan di mana jalan tol sebagai tulang punggung transportasi kotanya. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Longsor di Pekalongan, Sementara 16 Warga Meninggal Dunia dan 10 Luka-luka

"Kemacetan perkotaan di semua kota di Indonesia dan juga di banyak negara berkembang lainnya adalah karena jumlah kendaraan yang sangat banyak yang tidak tertampung oleh kapasitas jaringan jalan yang ada," ungkapnya. 

Masalah lainnya, tol khusus ke Lembang, di tengah kawasan sepanjang Bandung ke Lembang yang sudah padat, akan menyebabkan biaya pembangunan tol menjadi sangat mahal. Ujung-ujungnya tarif tol menjadi sangat mahal untuk jarak yang relatif dekat. 

"Tol mungkin bisa terbangun tapi dengan tarif yang mahal belum tentu masyarakat mau menggunakannya. Kita bisa bercermin dari Jalan Tol Pasir Koja - Soreang (Soroja)," imbuhnya.

Dia nemambahkan kenaikan penggunaan kendaraan pribadi ke Lembang akibat jalan tol akan mendorong naiknya kebutuhan lahan parkir di sana sehingga Lembang akan makin sesak untuk parkir.

"Kota Lembang bisa menjadi tidak nyaman untuk berwisata, berjalan kaki, dan kuliner," ujarnya. (*)
 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved