Berita Viral

Sosok Yus Pensiunan Guru Dirikan Sekolah Lansia Fatmawati, Pengajarnya dari Universitas Bergengsi

Yus Rusamsi (73), memilih untuk mendobrak stigma mengenai lansia lemah dan tidak berdaya, dengan mengemban ilmu di Sekolah Lansia.

(KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA )
Kepala Sekolah Lansia Fatmawati Yus Rusamsi (73) saat menghadiri Wisuda Akbar Sekolah Lansia di Bina Keluarga Lansia (SL BKL) di Auditorium BKKBN, Jakarta Timur, Kamis (19/12/2024). 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah sosok di balik berdirinya Sekolan Lansia. 

Para lansia seringkai dianggap lemah dan tidak berdaya.

Bahkan, tidak jarang lansia diimbau untuk istirahat dan berdiam diri di rumah.

Padahal hal itu bisa memicu penurunan daya ingat hingga memicu gangguan kesehatan mental akibat kesepian.

Pria asal Jakarta Selatan, Yus Rusamsi (73), memilih untuk mendobrak stigma mengenai lansia lemah dan tidak berdaya, dengan mengemban ilmu di Sekolah Lansia.

Usaha tidak sia-sia, Yus telah diwisuda pada Kamis (19/12/20240 kemarin, setelah mengikuti Sekolah Lansia selama dua thun.

Baca juga: PILUNYA Masduki, Lansia di Subang Derita Diabetes, Ditelantarkan Keluarga Terpaksa Tinggal di Becak

Awal mula Yus ikut Sekolah Lansia

Diketahui, Yus dulu merupakan guru sekolah, namun ia pensiun telah cukup lama.

Dari yang biasanya beraktivitas setiap hari, setelah pensiun rutinitasnya berubah.

Ia tidak tahu bagaimana kekosongan harinya.

Dari keresahannya itulah, Yus mendirikan Sekolah Lansia Fatmawai untuk mengajak teman-teman sebayanya agar tidak berdiam diri dalam kesunyian masa tua.

Ia juga menjadi Kepala Sekolah Lansia Fatmawati.

“Awalnya ikut karena semenjak pensiun kami itu bingung mau ngapain. Akhirnya saya bekerja sama dengan BKKBN mendirikan program lansia di Fatmawati,” kata Yus, dikutip dari Kompas.com.

Matanya tampak berbinar saat ia menceritakan pengalamannya selama mengikuti Sekolah Lansia tersebut.

Yus merasa bahagia, karena di masa tuanya ia tetap produktif dna bisa tetap berdampak untuk orang di sekelilingnya.

Ada tiga tingkatan yang harus ia lalui dalam kurikulum Sekolah Lansia, mulai dari Standar 1 sampai 3. 

Setiap tingkatannya harus dilalui dalam 12 kali pertemuan yang memakan waktu 6 bulan sampai 1 tahun. 

Sekolah Lansia bukanlah pendidikan formal layaknya kuliah ataupun SMA, di sini para lansia diajarkan untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga, serta diberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya.  

“Dari Standar 1 sampai 3 itu kami diajarkan komunikasi yang efektif, kesehatan jiwa lansia, senam, pencegahan jatuh, sampai menyalurkan hobi masing-masing siswa,” ujar dia. 

Baca juga: Kelakuan Keluarga Ibu Kantin yang Viral Buang Dagangan Siswi, Tak Hadiri Mediasi tapi Labrak Guru

Tak cuma itu, para lansia diajarkan kewirausahaan untuk tetap produktif. Hadirnya Sekolah Lansia menjadi secercah harapan bagi mereka yang tak ingin melewati masa tuanya seorang diri. 

Sebab, di sinilah mereka bebas berekspresi dan berbagi kebahagiaan satu sama lain.  

“Dengan pendidikan non formal ini menjadikan para lansia lebih aktif, produktif dan bermartabat. Setiap kelasnya dibikin semenyenangkan mungkin, karena ketemu teman-teman juga,” tutur Yus. 

Ia mengungkap, teman-temannya yang ikut Sekolah Lansia datang dari latar belakang yang beragam, mulai dari pensiunan pemerintahan, guru, ibu rumah tangga, serta bapak rumah tangga.

Pengajar dari Universitas bergengsi

Selain itu, para pengajar Sekolah Lansia Fatmawati pun bergelar Doktor maupun Profesor yang berasal dari universitas bergengsi di Jakarta. 

“Pengajar kami datang dari universitas yang terkenal di Jakarta seperti Universitas Indonesia, UPN Jakarta, dan banyak lagi. Mereka tergerak untuk mengajar kami, padahal mereka sudah Doktor bahkan Profesor,” jelasnya. 

Ia menceritakan, para pengajar tidak mendapatkan bayaran untuk mengajar, hanya diberikan camilan atau makanan di setiap pertemuannya. 

“Dari awal saya sudah bilang ke dosen atau pengajarnya, mohon maaf ini proyek akhirat. Jadi jangan berharap bayaran uang, karena kami tidak punya dana. Tapi ternyata berduyun-duyun yang mau mengajarkan kami,” ujar Yus dengan bahagia. 

Namun demikian, mudah lupa dan lelah adalah dua hal yang menjadi tantangan Yus dan teman-temannya saat sedang mengikuti setiap kelasnya. 

Hebatnya, hal tersebut tak serta merta membuat mereka menyerah. Ada 2.822 lansia dari 85 Sekolah Lansia di Indonesia yang memiliki semangat yang sama dengan Yus. 

Bahkan mereka juga berhasil diwisuda, karena telah menyelesaikan pendidikan Standar 2 dan 3. 
Semangat Yus dan para lansia lainnya mengajarkan kelompok usia produktif untuk tak kenal lelah belajar sepanjang hayat. 

“Moto kami itu ‘hidup cuma sekali, jangan menua tanpa arti’,” tandas dia. 

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved