Banjir dan Longsor di Sukabumi

Penampakan Jembatan yang Putus akibat Banjir Bandang di Jalur Geopark Sukabumi, Ratusan KK Terisolir

Jembatan Cihaur KM BDG 161 + 784 di Kampung Cisantri Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terputus akibat dihantam banjir bandang

Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari
Kondisi Jembata Cihaur/Cisantri yang memutus jalur Geopark di Kampung Cisantri, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Sukabumi, Kades Sangrawayang, Muhtar, menyebutkan ratusan KK warganya terisolir akiba jembtan terputus, Senin (9/12/2024). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id M Rizal Jalaludin

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Jembatan Cihaur KM BDG 161 + 784 di Kampung Cisantri, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terputus akibat dihantam banjir bandang dari aliran Sungai Cisantri pada Selasa (3/12/2024) malam.

Pantauan Tribunjabar.id, jembatan nampak patah, besi, dan beton penyangga jembatan terlihat sebagian miring dari arah Sangrawayang menuju Palangpang. Sedangkan dari arah sebaliknya terlihat jalan habis tergerus banjir bandang.

Beton jembatan pun nampak ada yang jebol terbawa banjir bandang hingga membuat jembatan tersebut terputus.

Kepala Desa Sangrawayang, Muhtar mengatakan, akibat kejadian itu ratusan Kepala Keluarga (KK) yang ada di wilayah Kampung Sangrawayang menjadi terisolir, karena akses jalan yang terputus.

Baca juga: Banjir Melanda Sukabumi, DMC Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Jabar Evakuasi Warga Terdampak

"Yang masuk ada 3 ke RT-an, 270 KK-an di dalam satu kedusunan yang terisolir karena dampak jembatan yang terputus (Jembatan Cihaur/Cisantri), di situ jarak 1 KM ada lagi jembatan yang terputus kan, itu kan jalan provinsi. Kalau yang jalan desa jembatannya 2 yang terputus, jadi terisolir betul-betul warga Desa Sangrawayang di dalam 3 kampung, 3 RT itu 3 kampung," ujar Muhtar kepada Tribun di Kantor Desa Sangrawayang, Senin (9/12/2024) sore.

Muhtar berharap Pemerintah Daerah atau Pusat bisa segera melakukan upaya perbaikan jalan atau jembatan yang terputus agar warga bisa kembali beraktivitas normal.

Dari kejadian itu, aktivitas ekonomi warga dan anak sekolah menjadi terhambat, karena tidak ada lagi akses yang bisa dilalui oleh warga.

"Makanya dengan itu kami juga mengharapkan ke pemerintah supaya bisa cepat-cepat direalisasinya jembatan, karena dampaknya itu yang sekolah kan lewat sana. Udah sekitar 15 harian di sana kalau yang kedusunan Cisaar itu sekitar 300 meter longsor, rumah yang hancur sekitar 10 rumah yang tidak dapat dihuni lagi, ambruk," ucap Muhtar.

"Kalau dari perjalanan (kebutuhan mendesak, red) ya itu jembatan yang harus diformalitaskan, karena itu intinya satu-satunya masalah jalan. Ekonomi turun drastis masyarakat," jelasnya.

Menurut Muhtar, 70 persen warganya berprofesi sebagai nelayan dan 30 persen sebagai petani. Warga kini tidak bisa beraktivitas dampak bencana yang terjadi, termasuk dari dampak jalan dan jembatan yang terputus.

"Sedangkan nelayan kan sekarang (musim) barat, di situ lah kebanyakan masyarakat dari nelayan terisolirnya, punya duit dikit juga susah belanja karena kan terisolir masalah jembatan," ujar dia.

Baca juga: Korban Banjir dan Longsor Sukabumi Kekurangan Air Bersih, Hari Ini PMI Kirim Truk Tangki Air

Muhtar menjelaskan, bantuan sembako telah disalurkan Pemerintah Desa kepada warga yang terisolir. Selain dari Pemdes, bantuan dari pihak swasta juga ada, namun kebutuhannya belum mencukupi.

Sebab itu, Muhtar berharap dari Pemerintah Daerah atau Pusat dapat membantu kesulitan warganya akibat bencana tersebut.

"Kalau di desa sudah 3 kali yang disalurkan ada bantuan-bantuan dari (swasta), udah dibagikan, tadi juga dari Bekasi ke sini, ada juga yang punya pembangunan di sini juga membantu buat beras," kata Muhtar.*

#TribunBreakingNews

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved