Banjir Tak Kunjung Surut di Jalan Sapan Bandung, Warga Desak Pemkab Bandung Lewat Petisi Online

Petisi yang dilakukan di portal Change.org tersebut dilatarbelakangi keresahan warga di Jalan Raya Sapan pada banjir yang kerap terjadi

Istimewa/ Tangkapan Layar
Warga di Jalan Raya Sapan, Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung membuat petisi "penanganan cepat banjir" kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung. 

Laporan Wartawan Tribunjanar.id, Adi Ramadhan Pratama 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Warga di Jalan Raya Sapan, Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung membuat petisi "penanganan cepat banjir" kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung.

Petisi yang dilakukan di portal Change.org tersebut dilatarbelakangi keresahan warga di Jalan Raya Sapan pada banjir yang kerap terjadi dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Terpantau Tribun Jabar, petisi tersebut pertama kali disebar di akun Instagram Sapan Bersuara sejak Senin, 2 Desember 2024 lalu. Hingga hari ini Jumat (6/12/2024), petisi sudah ditandatangani sebanyak 884 orang.

Inisiator petisi, Rifqi Arya Purwa mengatakan alasan dirinya membuat petisi tersebut, lantaran hingga hari ini Pemerintah Kabupaten Bandung belum dengan cepat mengatasi banjir, khususnya di Sapan.

Baca juga: Kayak Bom Meledak! Ratna Terkejut, Lantai Rumahnya Jebol saat Banjir di Palabuhanratu Sukabumi

Bahkan menurutnya, banjir di Jalan Raya Sapan sudah berhari-hari belum terlihat surut. Sebagai warga Sapan, Rifqi mengaku sangat terganggu terutama ketika ingin berpergian melalui jalan tersebut.

"Setiap harinya banjir itu tidak surut karena memang airnya mengendap, di situ tidak ada drainase yang memadai. Jadinya meresahkan masyarakat, karena mobilitas masyarakat itu jadi terganggu," ujarnya kepada Tribun Jabar pada Jumat (6/12/2024).

Selain itu, Rifqi juga membentuk forum Sapan Bersuara untuk menyalurkan persoalan yang terjadi. Jadi nantinya, forum tersebut akan mengundang berbagai tokoh untuk ikut mendesak Pemkab Bandung mengatasi banjir.

"Kami juga akan coba mengundang organisasi-organisasi kepemudaan untuk menuntut pemerintah dalam memberikan solusi, khususnya dalam perbaikan sistem drainase, dengan manajemen penanggulangan yang efektif dan berkelanjutan," katanya.

Menurutnya Rifqi, penyebab banjir di Jalan Raya Sapan disebabkan lantaran saluran air yang tidak berfungsi dengan baik. Hal itulah yang menyebabkan genangan air kerap mengendap dalam waktu lama.

"Gini, kalau hujan kecil saja, kadang genangan air itu tetap ada. Tahun ini sudah dua kali terjadi banjir. Pertama, awal tahun, itu dalam kurun waktu yang cukup lama juga, seperti sekarang yang kedua di bulan-bulan ini. Awal tahun itu kan intensitas hujannya tinggi juga, jadi air meluap dan tak ada saluran air yang memadai, jadinya banjir lama," ucapnya.

Tak sampai di situ, Rifqi mengungkapkan bahwa banjir di Jalan Raya Sapan juga kerap meninggalkan bau. Bahkan di beberapa titik, air banjir kerap berwarna hitam yang diduga bercampur dengan limbah.

Baca juga: Aksi Heroik Serda Rudi, Prajurit TNI yang Rela Taruhkan Nyawa Selamatkan Warga dari Banjir Cianjur

"Sepertinya memang ada pabrik nakal, dalam artian mereka membuang limbah sembarangan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Jadi limbahnya itu mengalir ke anak sungai, lalu karena anak sungai meluap, jadinya banjir di jalanan pun berbau bahkan jadi hitam," ujarnya.

Dengan adanya hal tersebut, Rifqi mengaku sangat ironi lantaran jalan Raya Sapan sendiri merupakan daerah kampung halaman dari Bupati Bandung terpilih 2024-2029, Dadang Supriatna.

"Cuma memang banjirnya itu ada yang lama dan ada yang tidak. Sebenarnya yang biasanya banjir lama itu ya di kawasan industri itu, karena memang di situ tidak ada drainase yang memadai, sehingga air mengendap dan menunggu diserap oleh tanah," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved