Tantangan Pengelolaan TPS3R di Purwakarta: Minimnya Anggaran dan Partisipasi Masyarakat

banyak TPS3R di Kabupaten Purwakarta yang tidak berfungsi secara optimal, yang berdampak pada pengelolaan sampah di daerah tersebut.

tribunjabar.id / Deanza Falevi
Salah satu Pengelolaan Tempat Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta yang saat ini tidak berfungsi. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Pernyataan Pipin Sopian dalam sesi debat kedua calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Purwakarta mengenai mangkraknya belasan bangunan Pengelolaan Tempat Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Purwakarta menarik perhatian banyak pihak. 

Menurut Pipin, banyak TPS3R di Kabupaten Purwakarta yang tidak berfungsi secara optimal, yang berdampak pada pengelolaan sampah di daerah tersebut.

Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) Kabupaten Purwakarta sekaligus Pembina Forum TPS3R Kabupaten Purwakarta, Suripto mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 13 TPS3R yang dibangun di Kabupaten Purwakarta sejak akhir tahun 2020. 

Namun, hanya empat TPS3R yang masih aktif beroperasi, yakni di Kelurahan Nagrikaler, Nagritengah, Cisereuh, dan Desa Cianting.

Suripto menjelaskan bahwa meskipun TPS3R seharusnya melayani lebih banyak kepala keluarga (KK), kenyataannya jumlah yang dilayani sangat terbatas. 

"TPS3R yang masih aktif hanya melayani beberapa puluh KK saja, padahal mereka seharusnya melayani minimal 400 KK per bulan. TPS3R di Kelurahan Ciseureuh pun hanya melayani satu RW, dan itu pun masih jauh dari fungsi idealnya, karena hanya mengumpulkan dan membuang sampah, tanpa mengoptimalkan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle)," jelas Suripto saat dikonfirmasi Tribunjabar.id, Kamis (21/11/2024).

Ia menyebutkan, salah satu penyebab utama tidak optimalnya pengoperasian TPS3R adalah minimnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah. 

Meskipun TPS3R dibangun dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), Suripto menilai, keterbatasan dana membuat pengelola kesulitan dalam menjalankan operasionalnya. 

"Pengelolaan sampah yang baik memerlukan biaya yang cukup, mulai dari pengadaan fasilitas hingga pendapatan bagi pengelola agar mereka bisa memperoleh penghidupan dari kegiatan ini," kata Suripto.

Selain masalah anggaran, ia mengatakan, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat juga menjadi faktor penghambat. 

Menurutnya, banyak warga yang belum sepenuhnya memahami pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah. 

Tanpa dukungan aktif dari masyarakat untuk memilah sampah, Suripto menyampaikan, pengoperasian TPS3R menjadi tidak efektif. 

Oleh karena itu, Suripto menekankan pentingnya sosialisasi yang lebih intensif mengenai pengelolaan sampah, agar masyarakat dapat berperan aktif dalam proses tersebut.

Dari sisi fasilitas, banyak TPS3R yang tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved