Veteran, Saksi Sejarah Agresi Belanda hingga Pemberontak DI/TII, Tak Diundang pada Upacara HUT RI

Indonesia sebentar lagi merayakan HUT RI ke-79. Dengan usia yang tidak muda, banyak orang yang tidak mengetahui betapa keras perjuangan.

Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/adi ramadhan pratama
Amir Saputra, salah satu sosok veteran yang menjadi saksi sejarah kerasnya perjuangan Indonesia untuk bisa merebut kemerdekaan. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Indonesia sebentar lagi akan merayakan hari ulang tahun yang ke-79. Dengan usia yang tidak muda, banyak orang yang tidak mengetahui betapa keras perjuangan di masa lalu.

Amir Saputra, salah satu sosok veteran yang menjadi saksi sejarah kerasnya perjuangan Indonesia untuk bisa merebut kemerdekaan. Meskipun usia sudah menginjak 92 tahun,  semangatnya masih sangat membara.

Tercatat, dirinya saat ini masih aktif mengabdi untuk Indonesia. Salah satunya, yaitu dengan menjadi ketua Kesatuan Pejuang Proklamasi 45' (KPP) Jawa Barat (Jabar) dan Gerakan Pemantapan Pancasila.

Baca juga: Meriahkan HUT RI ke-79, BSI Gelar UMKM Festival

Walaupun usianya tidak muda lagi, Amir tetap setia menjaga dan mengamalkan Pancasila yang 'sesungguhnya' kepada masyarakat dan anak-anaknya. Sebab menurutnya, hal itulah yang dulu ia perjuangkan.

Amir mengungkapkan, perjuangannya dimulai ketika dirinya bertugas di Batalyon 303 (Tengkorak) di bawah pimpinan Mayor Nasuhi pada saat itu. Amir menjelaskan, di sana dirinya menjadi saksi perjuangan Indonesia.

Salah satu peristiwa perjuangan Indonesia yang saat ini masih dirinya ingat adalah ketika batalyonnya yaitu 303 menghadang serangan pasukan Belanda di Agresi Militer II pada tahun 1948 - 1949.

"Pada saat itu, 1.000 anggota dari Kabupaten Ciamis pindah ke Singaparna. Dari 1.000 anggota, tinggal 20-han yang asli (anggota saat berangkat). Kebanyakan meninggal, karena kami menghadang tank baja 80 rombongan yang mau ke Bandung," ujarnya kepada Tribunjabar.id pada Jumat (16/8).

Baca juga: Mantap! 18 Unit SPKLU PLN Siap Layani Kendaraan Listrik HUT RI ke 79 di IKN

"Alhamdulillahnya, kami berhasil mengatasi 80 rombongan dalam beberapa menit karena dibantu oleh rakyat. Di situ, pertempuran luar biasa, hidup dan mati di situ. Banyak teman saya yang gugur," katanya.

Namun meskipun begitu, Amir menuturkan pertempuran untuk memperjuangkan Indonesia yang paling mengerikan bukan saat melawan Belanda. Tetapi saat melawan rakyat sendiri di pemberontak DI/TII.

"Pertempuran luar biasa yang sangat dasyat bukan dengan belanda. Tapi saya saat tugas di Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Di sana saya mendapatkan serang luar biasa, ada tiga kompi yang serang," ucapnya.

"Di sana pertempuran dahsyat pada pukul 12.07. Tapi Alhamdulillah, saya selamat berkat doa orang tua, dan itulah mengalaman pertempuran saya," ujarnya.

Baca juga: Ribuan Warga LDII Jawa Barat Gelar Aksi Kerja Bakti Bersama di Sungai Citarum Sambut HUT RI ke-79

Amir berharap di usia Indonesia yang menginjak 79 tahun, masyarakat Indonesia bisa bersemangat menyambut kemerdekaan. Pasalnya menurut, hal itulah yang selama ini dirinya dan teman-teman perjuangkan.

Tak hanya itu, dirinya mengucapkan kepada semua masyarakat Indonesia untuk menjaga semangat perjuangan dan kemerdekaan. Salah satunya implementasinya yaitu berkerja keras dan menerapkan arti Pancasila.

"Masyarakat bisa bersemangat menyambut kemerdekaan. Hal itulah yang selama ini saya dan teman-teman perjuangkan. Saya juga mengajak semua masyarakat Indonesia untuk menjaga semangat perjuangan dan kemerdekaan dengan bekerja keras serta menerapkan nilai-nilai Pancasila." katanya.

Di sisi lain salah satu anak Amir, Toto Sumantri (54) mengatakan, ayahandanya sangat ingin pemerintah daerah ataupun pusat memperhatikan para veteran yang sudah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Sebab menurut Toto, hingga saat ini perhatian pemerintah daerah ataupun pusat terbilang sangat kurang kepada para veteran. Terutama kepada Ayahandanya yang selama ini menjadi saksi perjuangan Indonesia.

"Ingin Apih (Amir) maunya lebih diperhatikan, khususnya kepada para pejuang veteran. Karena dia itu memperjuangkan Indonesia menggunakan nyawa. Bagaimana kalau tidak ada sosok kaya dia mungkin negara tidak ada. Jadi pemerintah, kalau ada diberikan kepada veteran atau pejuang," ucapnya.

Selain itu, Toto mengatakan ayahandanya bahkan tidak diundang oleh Pemerintah Kabupaten Bandung untuk datang ke upacara kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2024.

Meskipun saat pensiun dari Dinas di TNI, Amir sempat diangkat menjadi PNS dan menjabat  kursi penting Kabupaten Bandung, seperti bagian khusus bidang politik dan keamanan dibawah kepala Kiswaya Harja Kusuma.

Lalu pada tahun 1968, Amir sempat menjadi Mantri Polisi di Kecamatan Cipeundeuy dan Kecamatan Ujung Berung. Setelah itu dimutasi ke Kecamatan Cililin hingga diangkat jadi Camat Sindangkerta pada 1974.

"Apih masih semangat membara, bahkan Apih juga selalu membuat surat kepada presiden melihat negara sekarang. Di usia seperti ini, dirinya masih sangat peduli dengan negara," katanya. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved