Kemenperin: Meski ada Pabrik Gulung Tikar, Banyak juga Industri Baru yang Bermunculan di Jabar

Dengan berbagai program yang sudah dilaksanakan, Kemenperin ingin tahu dampak positif atau kesulitan yang ada di lapangan. 

Tribunjabar.id / Muhamad Nandri Prilatama
Kementerian Perindustrian mengundang sejumlah pelaku industri dari berbagai sektor di Jawa Barat untuk meminta masukan mengenai berbagai program kerja dengan harapan adanya kebutuhan dari sektor industri yang mampu membantu demi pertumbuhan perekonomian di Hotel Santika, Kota Bandung, Selasa (13/8/2024) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kementerian Perindustrian mengundang sejumlah pelaku industri dari berbagai sektor di Jawa Barat untuk meminta masukan mengenai berbagai program kerja dengan harapan adanya kebutuhan dari sektor industri yang mampu membantu demi pertumbuhan perekonomian.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemenperin, Ronggolawe Sahuri mengatakan bahwa interaksi bersama para pelaku industri sangat penting dengan tujuan menampung aspirasi mereka yang selama ini selalu bekerjasama dengan Kemenperin

"Dengan berbagai program yang sudah dilaksanakan, kami ingin tahu dampak positif atau kesulitan yang ada di lapangan. Saat ini, kami sudah masuk dalam kategori pelayanan prima dan kami ingin mempertahankannya. Jadi, diperlukan diskusi seperti ini agar ada hal yang bisa kami tingkatkan," kata Ronggalawe dalam diskusi di Hotel Santika, kota Bandung, Selasa (13/8/2024).

Dia menambahkan, banyak program sudah dijalankan Kemenperin, salah satunya Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). Sistem ini bertujuan menyediakan basis data pembangunan sebagai bahan analisis kebijakan, memberikan acuan pelaksanaan dan pedoman dalam penyelenggaraan tata kelola data, menjadi rujukan utama data dan sistem statistik nasional. 

"SIINas mampu mendorong pembangunan industri secara nasional, karena dapat mengintegrasikan berbagai data mulai industrinya sendiri, kemudian kawasan industri, peluang pasar yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan monitoring serta teknologi yang digunakan oleh pelaku industri dalam aktivitas usahanya. Sistem ini sangat membantu memudahkan bagi pengguna informasi baik pelaku industri, pemerintah dan instansi terkait untuk mengakses data terkait IKM yang ada pada daerah masing-masing atau di taraf nasional," ujarnya.

Selain itu, untuk membangun big data dia berharap bisa menciptakan peraturan perindustrian atas kondisi industri yang ada. Ronggolawe menyebut Jawa Barat saat ini masih menjadi salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia. Meski banyak pabrik gulung tikar, tetapi banyak juga pelaku industri baru yang bermunculan. 

"Kami masih meminta masukan ini pada industri di Jawa karena memang paling banyak kan di sini. Tahun kemarin kami di Surabaya sekarang ke Jabar," katanya.

Perwakilan dari asosiasi praktisi tekstil aparel dan alas (Aptexaa), Ryan Hasan Kurniawan menyambut baik kegiatan diskusi ini. Menurutnya, informasi dari industri tersebut sangat penting di tengah persoalan ekonomi dalam negeri khususnya sektor tekstil.

Berbagai masukan dari pelaku usaha harus menjadi perhatian penuh pemerintah termasuk Kemenperin yang menaungi. Sebab, selama ini pelaku industri sudah banyak menjerit dengan minimnya permintaan seiring banyaknya impor barang masuk ke dalam negeri.

"Kami harus bisa dipermudah dalam berbagai urusan yang berdampak pada produksi. Kondisi industri sekarang sedang tidak sehat makanya harus ada kebijakan yang bisa mendukung industri dalam negeri bisa lebih baik ke depannya," katanya.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved