Lingkaran Narkoba di Balik Kasus Preman Palak-Bacok Pekerja Jembatan yang Meresahkan Warga

Hingga kini pelaku pemalakan dan pembacokan terhadap pekerja perbaikan Jembatan Cihambulu di Desa Cijunti

Editor: Ichsan
dok.pribadi
Kang Dedi Mulyadi dan Kepala Desa Cijunti Apih Rohata 

TRIBUNJABAR.ID – Hingga kini pelaku pemalakan dan pembacokan terhadap pekerja perbaikan Jembatan Cihambulu di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta masih belum menyerahkan diri. Diduga pelaku bersembunyi di daerah lain karena takut kasusnya yang kini viral.

Fakta mengejutkan pun muncul saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mencoba mencari keberadaan pelaku. Ternyata ada dua pelaku dalam kasus tersebut yakni Ipin dan adik iparnya Ebit.

Setelah sebelumnya hanya berhasil menemui istri Ipin, KDM kini menemukan kontrakan Ebit. Ternyata kontrakan tersebut tak jauh dari rumah Ipin. Namun saat didatangi kontrakan tersebut ternyata sedang tidak ada orang.

Dedi Mulyadi pun kembali ke rumah Ipin untuk menemui istrinya, Eneng. Saat ditanya Eneng mengaku hingga kini tak tahu keberadaan suami dan adiknya itu pasca aksi premanisme beberapa waktu lalu.

“Gak tahu, Pak, adik saya itu sama istri mudanya. Kan istrinya (pertama) kerja di Libya, dua anaknya dari kecil diasuh karena saya gak punya anak,” ucap Eneng.

Sementara itu Kades Cijunti Rohata Hardiana yang mendampingi KDM mengungkap fakta bahwa Ipin dan Ebit adalah residivis kasus narkoba. Bahkan Ebit sudah dua kali masuk penjara dengan kasus yang sama.

Pria yang akrab disapa Apih Rohata ini mengaku sudah resah dengan peredaran narkoba dan miras di kampungnya. Sebab ia sudah mendapatkan informasi berupa sejumlah video yang memperlihatkan anak usia SMP mengkonsumsi miras dan narkoba.

“Makanya setelah lebaran akan ada penyuluhan terutama bagi para orang tua agar tidak mudah dibohongi oleh anaknya. Sebab dimungkinkan mereka yang usia SMP sudah mulai pakai,” ucap Apih.

Dari informasi yang didapat Apih, anak-anak mulanya dicekoki miras dan narkoba jenis obat keras oleh teman geng di SMP. Selanjutnya hal itu menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga kini.

“Sumber barangnya kita belum tahu beli obat sama miras di mana. Yang jelas dari video-video itu mereka anak-anak SMP,” katanya.

Mendengar hal tersebut Dedi Mulyadi pun kaget sekaligus cemas karena ternyata Desa Cijunti yang dulu dikenal berbudaya dan kreatif ternyata kini sudah mulai disusupi oleh barang haram yang mengancam generasi muda.

“Dari kasus ini saya tahu ada problem bahwa peredaran narkoba dan miras di sini sudah lumayan, termasuk di antaranya kedua pelaku (Ipin dan Ebit). Kemudian problem lainnya penggunanya umuran SMP,” ujar KDM.

Kang Dedi Mulyadi berharap pihak berwajib segera melakukan tindakan atas sejumlah fakta mengejutkan di balik kasus premanisme ini. Sebab jika tidak segera dicegah dikhawatirkan generasi muda desa akan semakin terpengaruh oleh hal negatif.

Tak hanya itu ia pun meminta kedua Ipin dan Ebit untuk segera menyerahkan diri dan mengikuti proses hukum yang kini telah berjalan di Polres Purwakarta.

“Sekarang lebih baik segera ke Polres agar nanti saya bisa menyimpulkan apa sikap selanjutnya. Daripada panjang urusannya, ditangkap oleh anggota kepolisian, lebih baik menyerahkan diri,” kata Dedi Mulyadi.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved