Ramadhan 2024

Gunakan Teleskop Canggih, Pemantauan Hilal dari Bosscha Lembang Tidak Terlihat Akibat Cuaca Mendung

Observatorium Bosscha di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat melakukan pemantauan hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah dengan menggunakan teleskop

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/HILMAN KAMALUDIN
Peneliti Observatorium Bosscha Lembang KBB saat melakukan pemantauan hilal menggunakan teleskop refraktor, Minggu (10/3/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Observatorium Bosscha di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan pemantauan hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah dengan menggunakan teleskop canggih, Minggu (10/3/2024).

Teleskop yang digunakan dalam pengamatan hilal itu yakni sebuah teleskop refraktor berdiameter 106 mm yang sudah dilengkapi detektor kamera berbasis Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS).

Staf Peneliti Observatorium Bosscha, Muhammad Yusuf, mengatakan, pada pengamatan tersebut, hilal awal Ramadan tidak terlihat karena kondisi cuaca mendung, sehingga hilal sangat sulit untuk diamati.

"Faktor lainnya elongasi atau jarak antara matahari dan bulan kalau kita lihat di langit terlalu kecil," ujarnya seusai melakukan pengamatan hilal di Bosscha Lembang, Minggu (10/3/2024) sore.

Kemudian ketika matahari terbenam pun, kata Yusuf, ketinggiannya kurang dari 1 derajat dari ufuk, apalagi tipisnya jeda waktu antara terbenamnya matahari dan bulan di sore hari ini terlalu tipis.

Ia mengatakan, beberapa faktor tersebut menjadi kendala dari pengamatan hilal di Observatorium Bosscha Lembang, tetapi terkait hasilnya sudah diserahkak ke Kementerian Agama (Kemenag).

"Keputusan pergantian bulan baru selalu kita serahkan ke Kementerian Agama. Kami hanya mengumpulkan data dan melampirkan hasil penelitian kami di sini," kata Yusuf.

Sementara Peneliti Observatorium Bosscha yang lain, Yatni Yulianti mengatakan, proses pengamatan hilal tersebut dilakukan dari pagi hari hingga Bulan terbenam di ufuk Barat dengan menggunakan teleskop refraktor.

"Citra yang ditangkap oleh kamera (teleskop) kemudian diproses menggunakan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas tampilan sabit bulan," kata Yatni dalam keterangan tertulisnya.

Ia mengatakan, perangkat lunak ini dikembangkan secara mandiri oleh peneliti di Observatorium Bosscha untuk meneliti ambang visibilitas (kenampakan) bulan sebagai fungsi dari elongasi terhadap ketebalan sabit bulan.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

"Tugas Observatorium Bosscha menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal kepada unit pemerintah yang berwenang jika diperlukan sebagai masukan untuk sidang isbat," ucap Yatni. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved