Sepekan Ini Sudah 3 Kali Puting Beliung Hantam Wilayah Bandung, Masyarakat Diminta Waspada
Tidak hanya di Rancaekek yang berupa hamparan, angin puting beliung pun dapat terjadi di dataran tinggi seperti Kertasari.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sepanjang pekan ini setidaknya terjadi tiga bencana piting beliung dan angin kencang di Jawa Barat.
Masyarakat pun diminta mewaspadai berbagai bencana hidrometeorologis yang berpotensi terjadi pada musim hujan ini.
Pertama pada Rabu (21/2/2024) puting beliung melanda Rancaekek dan sekitarnya sehingga menyebabkan ratusan rumah terdampak.
Keesokan harinya, angin kencang melanda Majalaya.
Sabtu (24/2/2024) kemudian angin puting beliung melanda Kertasari di Kabupaten Bandung.
Pihak BMKG melalui Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan kejadian puting beliung tidak bergantung dengan terrain atau topografi.

Tidak hanya di Rancaekek yang berupa hamparan, angin puting beliung pun dapat terjadi di dataran tinggi seperti Kertasari.
"Jadi pertumbuhan puting beliung bisa terjadi baik di dataran rendah ataupun terrain pegunungan, walaupun kejadian puting beliung di terrain pegunungan jauh lebih langka dibandingkan di kawasan dataran terbuka," kata Teguh melalui ponsel, Minggu (25/2/2024).
Menyikapi kejadian di Kertasari, ia mengatakan yang terjadi memang bersumber di wilayah pegunungan atau dataran tinggi, dan kemungkinan besar disebabkan oleh dua hal, yakni labilitas atmosfer tinggi dan trend penurunna tekanan yang besar.
Baca juga: Penjelasan soal Puting Beliung dan Tornado serta Apa yang Menyebabkan Terbentuknya Puting Beliung
"Suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat, mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb sangat basah yakni berada pada rentang antara 65-95 persen," katanya.
Ex TC Lincoln pun masih terpantau di Samudra Hindia bagian Tenggara, selatan Bali, terpantau pula adanya sirkulasi siklonik di Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya pertemuan angin (konfluensi) di sepanjang Pulau Sumatera bagian selatan hingga ke Pulau Jawa termasuk Jawa Barat.
Selain itu belokan (shearline) di Samudera Hindia bagian barat hingga selatan Jawa Barat, kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan disekitar wilayah konfluensi, dan belokan angin.
MJO berada pada kwadran 3 (kurang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia); Gelombang tipe Kelvin aktif disekitar Sumatera bagian selatan, Selat Sunda hingga Laut Jawa Bagian barat.
Indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga kuat di sebagian wilayah Jawa Barat sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.
"Waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologis (dampak cuaca esktrem) seperti hujan lebat hingga sangat lebat pada durasi lebih dari satu jam, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya," katanya.
Sesar Lembang Menggeliat, Pemkot Bandung Siapkan 6 Titik Evakuasi: GBLA, Gasibu, hingga Tegallega |
![]() |
---|
40 Tahun Vakum, Bazar Pasir Impun Bandung kembali Menggeliat |
![]() |
---|
Sempat Ambruk, Gedung Pusat Kebudayaan YPK di Naripan Bandung Dipugar: Rampung November 2025 |
![]() |
---|
Jadwal Pekan Ketiga Super League, Dimulai Hari Ini, Kapan Persib Bandung Main? |
![]() |
---|
Kejari Bandung Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi Penyalahgunaan Penyaluran Dana KUR BRI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.