3 Murid SD Lejer Indramayu Meninggal Dunia Saat Kegiatan Pramuka, Korban Sempat Melambaikan Tangan
Duka kembali terjadi di dunia pendidikan. Tiga murid murid SDN 1 Lajer di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, meninggal dunia.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Duka kembali terjadi di dunia pendidikan. Tiga murid murid SDN 1 Lajer di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, meninggal dunia.
Mereka tenggelam di Sungai Panarikan saat mengikuti kegiatan pramuka yang digelar sekolahnya, Sabtu (17/2).
Dua korban, Mikaila (10) dan Sekar Dewi (11), keduanya murid kelas 4 dan kelas lima, ditemukan dalam pencarian, Sabtu (17/2). Seorang lainnya, Rahma (10), murid kelas 4, baru ditemukan, Minggu (18/2).
Komandan Tim Basarnas Cirebon, Eddy Sukamto, mengatakan korban pertama yang berhasil mereka temukan adalah Sekar Dewi.
Ia ditemukan oleh warga yang kebetulan sedang berada di lokasi saat musibah terjadi.
Warga segera datang dan berusaha menolong setelah mendengar teriakan-teriakan murid lainnya. Sekar ditemukan sekitar pukul 12.30 WIB.
Tim SAR Gabungan yang datang tak lama berselang, lantas melanjutkan pencarian bahkan hingga malam. Pencarian tersebut membuahkan hasil. Korban kedua, Mikaila berhasil ditemukan sekitar pukul 20.30 WIB.
Karena kondisi tak memungkinkan, pencarian kemudian dihentikan, dan baru dilanjutkan keesokan harinya. Pagi-pagi sekali, pencarian kembali dimulai. Korban ketiga, Rahma, akhirnya ditemukan pukul 09.15 WIB.
"Kondisinya meninggal dunia," ujar Camat Tukdana, Roehaeni, Minggu (18/2).
Isak tangis langsung terdengar saat jenazah dibawa ke rumah duka. Roehaeni mengatakan, Rahma menjadi korban terakhir yang berhasil ditemukan.
"Kami semua berduka," ujarnya.
Roehaeni mengatakan, lokasi kegiatan pramuka yang diikuti anak-anak SDN 1 Lajer itu memang berada di areal persawahan di pinggiran sungai.
"Kemungkinan anak-anak ini masuk ke sungai untuk membasuh tangan dan kaki. Namun tiba-tiba tanpa disadari masuk ke areal yang dalam," ujarnya.
Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Indramayu, Jajang Sudrajat, mengaku sangat berduka dengan kejadian ini. Kwarcab, ujarnya, akan menginvestigasi kejadian ini.
"Ini yang beredar itu, anak-anak pramuka sedang mengikuti kegiatan pegasus atau pasukan khusus pramuka. Sebetulnya di pramuka itu tidak ada pasukan khusus," ujarnya, kemarin.
Jajang mengatakan, kegiatan pramuka yang diikuti oleh anak-anak SDN 1 Lajer ini adalah kegiatan internal dari sekolah.
Ia bisa mengatakan itu karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan soal kegiatan tersebut, baik kepada tingkat ranting di kecamatan maupun Kwarcab Indramayu.
"Untuk kegiatan ini kami juga belum bisa pastikan, karena pembinanya saat ini masih syok," ujarnya.
Jajang mengatakan, adanya kegiatan pramuka yang menimbulkan korban jiwa, tentu sangat mereka sesalkan.
"Kami akan investigasi. Kami akan evaluasi," ujarnya.
Sejauh ini belum ada keterangan dari pihak sekolah maupun keluarga. Hingga kemarin, orang tua para korban masih terlihat syok sehingga belum bisa memberikan keterangan, sementara keluarga dan kerabat korban juga belum bersedia memberikan keterangan.
"Kami masih sangat berduka," ujar kerabat Rahma, salah seorang korban, saat ditemui di rumah duka.
Foto detik-detik tenggelamnya korban, kemarin juga beredar di media sosial. Dalam foto terlihat, rekan-rekan korban sedang asyik membersihkan diri di sungai.
Saat yang sama, tak jauh dari mereka, terlihat tangan salah seorang korban menyembul dari air, seolah sedang meminta tolong. Hanya jari-jari dan pergelangan tangannya saja yang terlihat. Seluruh tubuhnya yang lain sudah tak terlihat.
Sepi
Kajen, warga Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, mengatakan Sungai Panarikan yang melintas di Tukdana sebenarnya bukan sungai yang besar. Namun, kondisi sungai di tepi persawahan itu memang sepi.
"Jarang ada yang aktivitas di sana. Paling hanya para petani karena sungai itu memang berada dekat sawah. Namun, para petani pun jarang sekali beraktivitas di sungai," ujarnya, Minggu (18/2).
Selain sepi, ungkap Kajen, Sungai Panarikan juga dikenal angker. Konon, ujarnya, ada sosok ular besar yang menjadi penunggu sungai itu.
"Benar atau tidaknya, saya kurang tahu. Tapi seperti itu cerita yang berkembang dari mulut ke mulut," ujarnya.
Meski dikenal sepi dan angker, menurut Kajen, sejauh yang ia tahu, tak pernah ada yang tenggelam, apalagi sampai meninggal di sungai tersebut.
"Sebelumnya enggak pernah. Baru kali ini ada yang meninggal karena tenggelam di sungai tersebut," ujarnya. (tribun cirebon/handhika rahman)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
| Bupati Purwakarta Tegar saat Jenazah Istri Tercinta Dimakamkan, Dedi Mulyadi Turut Hadir Mendoakan |
|
|---|
| Warga Bandung Tewas di Pati, Tetangga Kaget Lihat Kondisi Rumahnya, Tumpukkan Sampah Semata Kaki |
|
|---|
| Warga Geger Temukan Mayat Mengambang di Indramayu, Identitasnya Terungkap, Mahasiswa Asal Grobogan |
|
|---|
| Pertamina Patra Niaga Regional JBB dan DKPP Indramayu Perkuat Kedaulatan Petani Lokal |
|
|---|
| Sambut Kawasan Industri, Bupati Lucky Hakim Minta SMK Hasilkan SDM Unggul yang Pro Pasar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.