Pengamat Transportasi Minta PT KAI Segera Jelaskan Kronologis Tabrakan Kereta Api di Cicalengka

Investigasi yang dilakukan KNKT juga, kataSonny, jangan fokus mencari siapa yang benar dan siapa yang salah karena itu ranah kepolisian.

TRIBUNJABAR.ID/GANI KURNIAWAN
Petugas membawa kantung berisi jenazah korban tabrakan kereta api (KA) Turangga dan KA Lokal Bandung Raya di Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Tabrakan dua kereta api yang terjadi sekitar pukul 06.03 WIB tersebut mengakibatkan tiga orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurrahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - PT Kereta Api Indonesia (KAI) hingga saat ini belum menjelaskan kronologis dan penyebab utama tabrakan kereta api di Cicalengka yang tejadi pada Jumat 5 Januari 2024. 

Hingga saat ini, PT KAI masih melakukan investigasi melalui Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). 

Pengamat transportasi ITB, Sonny Sulaksono mengatakan jangan sampai PT KAI atau KNKT terlalu lama memendam informasi tersebut. Sebab, dikhawatirkan timbul spekulasi negatif dari masyarakat.

"PT KAI harus sadar, bahwa rasa ingin tahu masyarakat tinggi dengan adanya media sosial, dengan adanya sistem informasi tinggi, rasa ingin tahu pun tinggi," ujar Sonny, Rabu (10/1/2024).

Dengan kecanggihan teknologi saat ini, Sonny khawatir ada masyarakat menyimpulkan berdasarkan analisis masing-masing, menggunakan foto dan video yang beredar di media sosial.

Sehingga menurutnya jika terlalu lama malah akan menjadi informasi liar di tengah masyarakat. 

Investigasi yang dilakukan KNKT juga, kataSonny, jangan fokus mencari siapa yang benar dan siapa yang salah.

Sebab, kewenangan itu ada di kepolisian.

"Kalau mau tanya siapa yang salah itu kewenangan di kepolisian. Tujuan investigasi KNKT adalah untuk perbaikan ke depannya, bukan masalah siap yang salah dan benar dan harus dihukum," ujar Sonny.

Sony menyebut, nantinya hasil investigasi harus menjadi pembenahan yang dilakukan PT KAI.

"Makanya kajian KNKT, misalnya; ada miskomunikasi, sinyalnya berbeda, atau ada simbol track, ada perbaikan, sistem persinyalannya, lebih ke itu nanti," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved