Pasar Jodoh di Indramayu, Berawal dari Sebuah Sumur, Tak Terhitung Berapa Orang yang Dapat Pasangan
Di wilayah Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur, tepat di samping Alun-alun Kandanghaur Indramayu, Jawa Barat, ada tempat yang cukup legendaris.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Di wilayah Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur, tepat di samping Alun-alun Kandanghaur Indramayu, Jawa Barat, ada tempat yang cukup legendaris.
Orang-orang mengenalnya dengan sebutan Pasar Jodoh.
Nama itu masih melekat hingga sekarang walau aktivitasnya sudah tergerus oleh zaman.
Sesuai dengan namanya, di Pasar Jodoh ini sudah tak terhitung berapa pasangan bertemu dengan belahan jiwanya untuk membangun mahligai rumah tangga.
Rumah tangga mereka juga terbilang awet hingga melahirkan generasi-generasi selanjutnya.
Hampir semua warga di daerah setempat mendapat pasangan hidup dari pasar jodoh ini.
Namun, jangan salah persepsi, pasar jodoh bukan berarti gadis atau pemuda dijajakan layaknya berjualan di pasar.
Tempat tersebut adalah pusat pertemuan, baik laki-laki maupun perempuan, yang hendak menimba air sumur.
Berawal dari perkenalan, saling memantapkan niat, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Suasana pasar jodoh ini masih diingat oleh Nurani (38). Ia merupakan salah satu yang menemukan pasangan lewat pasar jodoh tersebut.
Menurut dia, puncak keramaian pasar jodoh terjadi sekitar tahun 90-an.
Pasar jodoh ini oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan istilah "jaringan", yakni tradisi untuk menjaring pasangan hidup.
"Di sini memang ajang pertemuannya laki-laki dan perempuan. Apalagi kalau terang bulan, kan nelayan-nelayan pada balik dari melaut," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Minggu (31/12/2023).
Menurut Nurani, para gadis juga banyak yang ke luar rumah dan berkumpul di lokasi setempat.
Menurut cerita sejarah, kata Nurani, tradisi jaringan bermula dari kemarau panjang sehingga membuat Pangeran Dryantaka membuat sumur sebagai sumber mata air.
Sumur bernama Temenggung itu konon tidak pernah kering. Masyarakat pun boleh mengambil air sumur tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Di sana, masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki, saling bertemu untuk mengambil air hingga terjadi perkenalan.
Belakangan, dari tujuan awal datang untuk menimba air sumur itu diketahui berubah menjadi mencari jodoh.
Tidak sedikit pula warga dari desa lain ikut datang ke lokasi tersebut dengan tujuan yang sama. Sebagian datang karena penasaran.
Nurani bercerita, di wilayah ini dahulu banyak sekali pedagang yang berjualan. Baik laki-laki maupun perempuan banyak yang nongkrong di Pasar Jodoh.
Dari situlah perkenalan di mulai. Saling memperkenalkan nama, rumah, pekerjaan, dan sebagainya.
Jika ada yang merasa saling cocok, pemuda pemudi itu akan menjalin hubungan.
Diawali jalan-jalan bersama lalu saat niat sudah matang laki-laki akan datang ke rumah perempuan dan terjadi pelamaran hingga akhirnya menikah.
Proses ini dikenal dengan sebutan sanja.
"Pada tahun 2010 itu masih ramai, cuma ke sininya sepi sampai sudah tidak ada lagi. Kan zaman sekarang bisa kenalan lewat facebook lewat apa, serba online," ujar dia. (*)
Polisi Sekat Perbatasan di Indramayu Cegah Pelajar Berangkat Ikut Demo Buruh ke Jakarta |
![]() |
---|
Dedi Mulyadi Apresiasi Polres Indramayu karena Cepat Tangkap Pembunuh Putri Apriyani |
![]() |
---|
PLN Indramayu Wujudkan Harapan Baru Listrik Gratis Program Light Up The Dream di Momen HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Kemenkum Jabar Gelar Harmonisasi Dua Raperbup Indramayu Terkait Kerjasama Daerah dan Pertanian |
![]() |
---|
Peristiwa Pukul 05.04 Jadi Kunci, Toni Nilai Alvian Polisi Indramayu Memang Berencana Habisi Putri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.