Berita Viral

Viral Kisah Penjual Jamu di Sumbawa, Awalnya Jualan Keliling, Kini Sekolahkan Anak S2 dan Naik Haji

Inilah kisah seorang penjual jamu yang berhasil sekolahkan anaknya hingga S2 dan sudah naik haji.

Kompas dan Shuttersock
Inilah kisah seorang penjual jamu yang berhasil sekolahkan anaknya hingga S2 dan sudah naik haji. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah kisah seorang penjual jamu yang berhasil sekolahkan anaknya hingga S2 dan sudah naik haji.

Penjual jamu itu bernama Kartim, ia berjualan di Pasar Brang Biji, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Kini, wanita 60 tahun itu tidak perlu bersusah payah menawarkan jamu dengan pekikan saura nyaring dan berkeliling, seperti yang dia lakukan puluhan tahun lalu.

Hal itu lantaran para pelangganya kini sudah menunggunya sejak sebelum lapak dibuka.

30 tahun jual jamu di Sumbawa

Diketahui, Kartim sebenarnya berasal dari Kota Solo, Jawa Tengah.

Namun ia sudah 30 tahun merantau di Sumbawa, sebagai peracik dan penjual jamu tradisional.

Kartim mengatakan menyiapkan dagangannya mulai dari sore hingga membuatnya dari pukul tiga pagi.

Sehingga pukul enam pagi ia sudah berada di pasar.

“Saya siapkan bahan-bahan aneka rempah dan rimpang dari sore. Saya mulai proses pembuatan dari pukul tiga pagi. Jadi, pukul enam pagi bisa langsung jualan di pasar,” ujar Kartim saat ditemui di Pasar Brang Biji, Jumat (8/12/2023), dikutip dari Kompas.com.

Dikatakannya, untuk bahan-bahan jamu, ia selalu memesannya dari petani dari wilayah pegunungan Batulanteh.

Di sana, ia rupanya sudah memiliki petani langganan tempat membeli bahan baku jamu.

Harga jahe, kunyit, kencur, menurutnya, lebih murah jika dibeli dalam jumlah banyak.

Kartim berjualan jamu di pasar paling lama hingga pukul 11.00 Wita. Biasanya sebelum siang, jamu miliknya sudah habis diserbu pembeli.

“Pelanggan saya rata-rata minum jamu tiap hari. Jadi dalam hitungan beberapa jam sudah habis,” ucap dia.

Baca juga: Kisah Angga Tinggal di Kandang Kambing & Nyaris Putus Sekolah, Kini Lolos Beasiswa hingga Jadi CEO

Sudah naik haji dan sekolahkan anak S2

Kartim mengatakan, sebelum merantau ke Sumbawa, ia dan suaminya Sadimun Darmo, sempat mengadu nasib di Pulau Sumatera tepatnya di Kota Payakumbuh untuk menjajakan jamu tradisional.

Setelah lima tahun usahanya berjalan, pendapatan berkurang karena sepi peminat.

Ia dan suaminya pun memutuskan untuk pindah ke bagian timur Indonesia tepatnya di Pulau Sumbawa.

“Masyarakat Sumbawa rata-rata suka minum jamu. Dari anak kecil, remaja hingga dewasa,” sebutnya.

Usahanya berjualan jamu pun mampu menghidupa dirinya dan keluarga.

Kartim berhasil menyekolahkan lima anaknya.

Bahkan, ia mengaku ada anaknya yang menimpa ilmu sampai jenjang S2.

Ada pula anaknya yang menjadi pegawai negeri.

Tak hanya itu, Kartim mengaku dirinya dan suami sudah menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

“Alhamdulillah anak-anak saya berhasil gapai cita-cita. Saya dan suami juga sudah naik haji dari hasil jualan jamu,” kisah Sadimun.

Usaha jamu tradisional berjalan dengan baik, hingga dia melebarkan sayap ke usaha kuliner bakso dan dawet.

Sang suami berjualan bakso dan dawet di rumah mereka yang berada di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Brang Biji, Kecamatan Sumbawa.

“Kami dibantu oleh 32 karyawan untuk usaha bakso dan dawet,” katanya.

Kartim bangga saat mendengar kaabr bahwa budaya jamu tradisional asal Indonesia terpilih sebagai warisan bduaya takbenda dari UNESCO.

“Alhamdulillah, turut bangga dengar kabar itu. Jamu tradisional sumber inspirasi bagi saya,” demikian tuturnya.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

#BeritaViral

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved