Siswi Bandung Loncat dari Lantai 3

Peran Orangtua Agar Anak Patah Hati Tidak Frustasi, Psikolog Unisba: Ditentukan Hubungan Keduanya

Stephani mengatakan hubungan keduanya penting dalam pendidikan karakter dan pendidikan mengendalikan emosi.

Tribun Jabar/ Nazmi Abdurrahman
Wakasek Humas SMAN 3 Bandung, Ida Rohayani, memberikan klarifikasi soal siswinya yang melompat dari gedung sekolah 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kondisi frustrasi dan patah hati terkadang bisa membuat seseorang menjadi lupa diri dan melakukan hal-hal di luar nalar.

Salah satunya melakukan percobaan mengakhiri hidup sendiri.

Seperti yang sedang ramai jadi perbincangan saat ini, di mana seorang siswi melompat dari lantai 3 SMA 3 Bandung yang awalnya diduga karena patah hati.

Terkait kondisi ini, Dosen Fakultas Psikologi Unisba sekaligus Psikolog Unit Layanan Psikologi Terpadu (ULPT) Unisba, Stephani Raihana Hamdan, S.Psi,M.Psi,  kondisi seorang remaja itu perkembangannya dalam kondisi labil.

"Kondisi labil tersebut tidak hanya sifatnya psikologis tetapi fisik juga karena remaja mengalami hormonal, emosi itu karena hormonal juga," kata Stephani saat dihubungi, Rabu (29/11/2023).

Oleh karena itu dalam proses pertumbuhan seorang remaja peran orangtua begitu penting terutama dalam hubungan antara orangtua dan anak

Stephani mengatakan hubungan keduanya penting dalam pendidikan karakter dan pendidikan mengendalikan emosi.

"Artinya belajar berkehidupan bagaimana anak keluar dari masalah, kalau hiubungan orangtua dan anak baik, dan dapat ditransfer dengan baik tidak akan sampai melakukan hal ekstrim seperti mencoba bunuh diri," ujarnya.

Munculnya perilaku ekstrem ini, kata Stephani, ada kekurangan dalam pematangan pribadi orangnya, misalnya jadi menekankan kebahagiaan kepada orang lain.

"Ketika putus cinta jadi hancur dunia karena pusat kebahagiaan ada pada orang lain. Padahal kebahagiaan itu ditentukan sama diri sendiri yang sesuai dengan agama, nilai, dan norma," ujarnya.

Adanya fenomena percobaan bunuh diri ini, Stephani melihat ada problematik dalam sisi pendidikan karena frustasi, melakukan bunuh diri, dan kurang di pendidikan kematangan pribadinya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved