Kisah Para Pembuat Sumur Bor di Cirebon, Bagi Jejen dan Teman-temannya, Kemarau adalah Berkah

KEMARAU panjang di Kabupaten Cirebon menjadi berkah tersendiri bagi pengusaha jasa sumur bor.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
Pembuat Sumur Bor, Jejen (40), saat sedang mendapatkan orderan pengeboran di wilayah desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon 

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - KEMARAU panjang di Kabupaten Cirebon menjadi berkah tersendiri bagi pengusaha jasa sumur bor.

Kemarau panjang selalu membuat mereka kebanjiran orderan. Begitu pula kali ini.

ITU pula yang dialami Jejen (40), pembuat sumur bor di Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.

Kemarau kali ini, ujarnya, benar-benar membuatnya panen orderan.

"Sehari bisa dapat orderan dua kali. Bahkan kalau cepat, sehari bisa tiga kali. Itu kalau alatnya manual," ujar Jejen saat ditemui di Desa Karangwangi, Jumat (1/9).

Meningkatnya permintaan, kata Jejen, mulai terjadi, Juni lalu. Nyaris tak ada hari tanpa mengebor. Saat benar-benar ramai, sehari bahkan bisa berkali-kali.

Warga mengambil air di sumur yang jauhnya bisa sampai satu kilometer akibat musim kemarau berkepanjangan di Desa Seuseupan, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon.
Warga mengambil air di sumur yang jauhnya bisa sampai satu kilometer akibat musim kemarau berkepanjangan di Desa Seuseupan, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon. (Tribun Jabar)

Sebagian besar orderan, kata Jejen, datang dari para petani karena merekalah yang umumnya langsung terdampak.

Saat kemarau seperti ini, sumur bor menjadi kebutuhan mendesak, agar lahan sawahnya tak kekeringan.

Untuk membuat satu sumur, ia memasang tarif berkisar Rp 1,5 juta.

Namun, itu pun tergantung pada diameter pipa yang digunakan, kedalaman pengeboran, dan alat yang digunakan.

"Jadi kalau sehari bisa tiga kali kerja itu dapat Rp 4,5 juta. Tapi tiga kali sehari itu kalau memang orderannya lagi bagus banget. Rata-rata mah sehari dua kali," ujarnya.

Pada puncak kemarau seperti saat ini, ungkap Jejen, pengguna jasa sumur bor juga berasal dari kalangan rumah tangga. Pada puncak kemarau, sumur warga juga banyak yang mengering.

Namun, berbeda dengan pembuatan sumur di lahan pertanian, ongkos jasa di rumah tangga tergantung dari tingkat kesulitan yang dilihat dari kedalaman tanah.

"Sekali ngebor kalau tanahnya bagus mah bisa tiga atau empat jam, tapi kalau kurang bisa sampai delapan jam."

"Kalau pakai alat manual, kemampuan ngebornya 14 meter, itu sudah bagus keluar airnya. Tapi itu kembali lagi bergantung tekstur tanahnya, kalau tanahnya bagus 10 meter juga sudah bagus," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved