Tips Mengatur Keuangan Agar Mengurangi Resiko Terburuk saat Terjadi Kesulitan Urusan Cuan

Financial trainer berbagi tips untuk mengatur keuangan salah satunya dengan menyiapkan dana darurat.

Editor: Mega Nugraha
Istimewa
Kegiatan NgIDX yang digelar Boleh Dicoba Digital (BDD) bertemakan freedom through finance di Jalan Ir H Djuanda, Kamis (10/8/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pandemi Covid-19 berdampak luar biasa pada keuangan maupun perekonomian masyarakat. Apalagi, pandemi berlangsung selama dua tahun dan kini sudah ditetapkan pemerintah menjadi endemi.

Biasanya, masyarakat dalam menghadapi fenomena semisal pandemi semacam itu perlu adanya dana darurat untuk tetap bisa menjalani hidup. Hal itu pula yang diakui Financial Trainer, Rina Khairani Renaldi.

Menurutnya, para pelaku industri kreatif pemasukannya itu tidaklah stabil, berbeda dengan pegawai kantoran yang memiliki gaji tetap per bulan, sehingga lebih terprediksi.

Baca juga: 6 Rekomendasi Destinasi Wisata di Tanjungpinang Kepri, Ada Pantai Setumu hingga Pulau Penyengat

"Kalau bukan pegawai kantor, tentu enggak punya gaji yang stabil sehingga hidup ketika pandemi mengandalkan dana darurat. Jika dana darurat kurang, maka entah biaya dari mana. Jadi, pandemi kemarin itu contoh nyata kenapa perlu dana darurat selama 12 bulan bagi pelaku kreatif untuk tetap hidup," katanya di sela-sela kegiatan NgIDX yang diadakan Boleh Dicoba Digital (BDD) bertemakan freedom through finance di Jalan Ir H Djuanda, Kamis (10/8/2023).

Para pelaku industri kreatif sebenarnya sudah aware terkait hal ini. Namun, mereka disebut sulit untuk memulai. Lantaran, mereka menyisihkan dana darurat selama tiga bulan itu membutuhkan waktu lumayan, apalagi untuk 12 bulan yang bisa memerlukan waktu dua sampai tiga tahun agar bisa optimal.

"Kalau enggak ada dana darurat, yang terjadi biasanya beresiko terjebak untuk utang atau jatuhnya memakai kartu kredit, pinjaman online, atau pay latter. Banyak kasus pinjol karena enggak punya dana darurat yang cukup, sehingga pinjol menjadi dana darurat yang justru menjadi masalah besar bagi pelaku industri kreatif," ujarnya.

Rina memberikan strategi dalam hal mengatur keuangan. Yakni tidak malas belajar literasi keuangan, mesti mempunyai tujuan di dunia keuangan, dan mesti mempunyai habit keuangan yang sehat.

Ia menyarankan agar mengatur tiga pos keuangan. Pertama, untuk gaya hidup layak (needs).

Biasanya yang masuk kategori needs, antara lain makan minum, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, tagihan listrik, air, BPJS, premi asuransi, pajak, hingga cicilan.

Kedua, dana darurat atau pensiun atau investasi (saving). Sedangkan yang masuk saving, ialah tabungan, deposito, emas, reksadana, dan saham.

Ketiga, untuk gaya hidup enak (wants). Seperti ngopi, liburan, make up, langganan entertainment, dan lainnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved