Bulan Bung Karno

Jejak Karya Soekarno di Bandung, Gaya Arsitekturnya Dipengaruhi Rasa Nasionalisme

Bangunan rumah di Jalan Kaca-kaca Wetan No. 8 yang dibangun pada tahun 1930. Kini rumah ini ditempati juga oleh warga sipil.

Penulis: Nappisah | Editor: Ravianto
Tribunjabar.id/Nappisah
Suasana Hotel Lengkong bergaya Art Deco streamline salah satu jejak Soekarno di Bandung, Jumat (23/6/2023). 

Proyek mercusuar, kata dia, contohnya Monumen Nasional (monas), Gelora Bung Karno (GBK) dan lain sebagainya. 

Salah satu kamar Hotel Lengkong bergaya Art Deco streamline salah satu jejak Soekarno di Bandung, Jumat (23/6/2023).
Salah satu kamar Hotel Lengkong bergaya Art Deco streamline salah satu jejak Soekarno di Bandung, Jumat (23/6/2023). (Tribunjabar.id/Nappisah)

"Bangunan tersebut mengeskpresikan bahwa Indonesia sebagai negara barupun, bisa menghasilkan karya yang mampu bersaing dengan negara-negara lain," imbuhnya. 

Ia menyoroti arsitektur Monas, dimana puncak tugu tersebut terbuat dari emas melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

"Sebagai wujud ekpresi negara muslim yang sudah merdeka terbesar di Asia Tenggara, Bung Karno mengusulkan membuat bangunan masjid terbesar se-Asia Tenggara dengan posisi tepat di depan Gereja Katedral," ujarnya. 

Ia menambahkan, karyanya melalui bangunan atau arsitektur untuk memberikan pesan ke dunia luar bahwa Indonesia berada dititik kejayaan. 

"Adapun untuk rumah tinggal di kawasan Bandung itu, seperti bangunan kembar di Kota Bandung. Banyak yang menyatakan bahwa itu adalah karya Soekarno. Meski dilihat dari karakter bangunanya masih dipengaruhi gaya kolonial Belanda dengan ciri khas atap dibangunan untuk daerah tropis," jelasnya. 

Bila melihat dari lokasi bangunan, kata dia, sepanjang Jalan Malabar merupakan bangunan kolonial. 

"Menurut saya tidak bisa dikatakan bangunan karya murni Soekarno, karena masih terpengaruhi karya arsitektur Belanda," ucapnya. 

Berkaca pada ide gagasan Bung Karno akan arsitektur bangunan, lanjutnya, Sang Proklamator menekankan Indonesia mempunyai identitas arsitektur lokal.

"Ingin ada identitas lokal, membawa jati diri bangsa Indonesia yang terbebas dari jiplakan arsitek Belanda pada zaman dulu," tandasnya. (Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah) 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved