Kisah Gedung Tua Engsun di Tasikmalaya Bekas Pabrik Sitrun yang Terbengkalai Selama Lebih 40 Tahun

Gedung Tua Engsun tersebut merupakan bangunan bekas pabrik produsen sitrun yang beroperasi sejak kira-kira tahun 1975 sampai awal 1980-an.

Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar/Aldi M Perdana
Salah satu sudut Gedung Tua Engsun, kompleks bekas pabrik sitrun di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, yang terbengkalai selama lebih 40 tahun. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

TRIBUNJABAR.ID, KOTA TASIKMALAYA - Rangka-rangka beton bekas gedung tua tampak bersembunyi di balik rimbun ilalang yang tinggi.

Masyarakat Tasikmalaya mengenalnya dengan nama Gedung Engsun atau Gedung Tua Engsun.

Gedung Tua Engsun tersebut merupakan bangunan bekas pabrik produsen sitrun yang beroperasi sejak kira-kira tahun 1975 sampai awal 1980-an.

Saat ini, kondisinya terbengkalai sehingga pada tiap sudutnya dipenuhi rumput-rumput liar serta ilalang.

Tak hanya itu, tembok bangunannya juga dipenuhi karya seni grafiti serta coretan vandalisme acak.

Duddy RS, budayawan Tasikmalaya, mengungkapkan, Gedung Tua Engsun ini tak hanya menyimpan kisah masa lalu saat masih beroperasi sebagai pabrik sitrun, tapi juga kerap kali diselimuti kisah-kisah mistis.

“Dulunya memang pabrik sitrun, Gedung (Tua) Engsun itu. Mulai beroperasi di pertengahan era ‘70-an."

"Tapi, tidak terlalu lama karena sekitar 1980-an pabrik itu sudah berhenti beroperasi. Nah, (sejak saat itu) terbengkalai lama, bermunculanlah kisah-kisah mistis di sana,” katanya kepada TribunPriangan.com pada Minggu (4/6/2023) melalui sambungan telepon.

Duddy juga menambahkan, sosok hantu yang kerap menghuni di Gedung Tua Engsun dan ramai beredar di masyarakat ialah hantu bermuka rata.

“Katanya sih di sana ada hantu yang mukanya rata, kalau dari cerita-cerita orang sih begitu."

"Saya sendiri memang tidak tahu soal kebenaran itu karena saya juga belum pernah sengaja datang ke sana malam-malam,” katanya.

“Karena itu kan semacam kompleks bekas pabrik, jadi ada lapangannya juga."

"Nah, kalau siang atau sore, ada juga kok anak-anak muda nongkrong, foto-foto, bahkan olahraga di sana."

"Jadi, ya saya menganggap kalau cerita mistis (hantu muka rata) itu ada baiknya juga, supaya tidak dipakai pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab di malam hari, seperti dijadikan tempat mesum atau mabuk-mabukan,” lanjut Duddy.

Nama Engsun sendiri, ungkapnya, merupakan nama pemilik dari pabrik sitrun tersebut.

“Dulu, pabrik sitrun ini berhenti karena permasalahan terkait limbah."

"Di area Gedung (Tua) Engsun ini berdiri, tidak ada saluran khusus atau akses untuk membuang limbahnya."

"Masyarakat sekitar jadi merasa terganggu oleh limbah tersebut sehingga Engsun memutuskan untuk menghentikan pabriknya beroperasi,” jelas Duddy.

Ia menilai bahwa akibat durasi waktu beroperasi memproduksi sitrun yang tidak lama dengan kompleks pabrik sebesar itu, Engsun mengalami kerugian besar.

“Ini kan berdiri di atas kompleks yang berhektare-hektare, modalnya pasti besar."

"Sementara pabrik tersebut, ya paling beroperasi hanya selama 5 sampai 6 tahunan."

"Bisa jadi Engsun mengalami kerugian. Sementara untuk me-recover tanah seluas itu membutuhkan biaya yang lebih besar lagi, jadi ya akhirnya, terbengkalai selama hampir 50 tahun,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved