Kisah Pelajar Indonesia Terjebak Perang di Sudan, Evakuasi Lewat Darat Butuh 16 Jam
Pelajar Indonesia di Sudan, kata Nila, tak pernah menyangka pertempuran yang berlangsung pagi itu akan berlangsung selama ini.
TRIBUNJABAR.ID, KHARTOUM - WAKIL Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Sudan, Nila Angelina, mengaku tak pernah menyangka perang saudara militer akan kembali pecah di tengah bulan suci Ramadan.
Tak ada peringatan apa-apa. Perang pecah begitu saja, Sabtu (15/4) pagi sekitar pukul 08.30.
NILA adalah satu dari 385 WNI yang tiba di Tanah Air, Jumat (28/4). Mereka diterbangkan dari Jeddah, Kamis (27/4), setelah dievakuasi dari Sudan beberapa hari sebelumnya.
Pelajar Indonesia di Sudan, kata Nila, tak pernah menyangka pertempuran yang berlangsung pagi itu akan berlangsung selama ini.
Mulanya mereka pikir itu hanya berlangsung sebentar. Namun dugaan mereka keliru. Perang justru semakin mencekam. Pasokan listrik dihentikan dan semua toko untuk kebutuhan hidup ditutup.
"Dari hari pertama saja sudah mati listrik dan mati air, jadi otomatis kita mencari area yang bisa mencukupi kebutuhan itu hingga akhirnya KBRI Khartoum memberikan kabar evakuasi," kata Nila saat ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, beberapa saat setelah tiba di Indonesia.

Evakuasi ternyata juga bukan sesuatu yang mudah. Dari Khartoum mereka harus menempuh jalur darat selama 16 jam menuju Kota Port Sudan. Dari sana dilanjutkan melalui jalur laut selama 20 jam menuju Jeddah.
"Jalur darat itu normalnya 12 jam. Tetapi karena kita cari jalan yang aman bahkan ada yang sampai 20 jam," ungkapnya.
Nila mengatakan perang militer telah membuat infrastruktur di Sudan hancur, termasuk sebagian kampus International University of Africa (IUA) yang terhantam rudal. Beruntung pelajar Indonesia yang tinggal di asrama selamat.
Nila berharap dapat kembali ke Sudan untuk menyelesaikan pendidikannya. Sebagai mahasiswi semester akhir, ia ingin ada kepastian agar studinya dapat dilanjutkan melalui jalur online.
"Kami ingin konflik ini segera berakhir dan kampus kembali normal. Saya meyakini kampus akan mengupayakan daring," ujar perempuan asal Pagar Alam Palembang itu.
Suara Tembakan
Mencekamnya suasana di Sudan juga diungkapkan Lutfiana, mahasiswi semester tujuh International University of Africa yang juga ikut dievakuasi. Wanita asal Semarang Jawa Tengah ini bahkan masih tidak percaya situasi perang bisa terjadi.
"Kami tinggal di asrama yang di mana di situ dekat dengan pusat militer dan penuh suara tembakan setiap harinya, penjarahan juga mulai terjadi setiap hari," tutur Lutfiana.
Ia bersyukur KBRI Khartoum segera mengevakuasi karena logistik makanan sudah terbatas. Selama bertahan di asrama, ujarnya, mereka hanya mengonsumsi nasi dan mi instan.
"Alhamdulillah kami merasa diistimewakan fasilitas dari Jeddah di pesawat dari yang sebelumnya sulit dapat makanan enak hingga mendapat makanan kami tercukupi," imbuhnya.
Trauma
Ahmad Hidayat (23), mahasiswa IUA juga mengaku masih trauma mendengar suara bising ledakan rudal. Pria asal Makassar itu lima hari bertahan di asrama kampusnya sampai tim KBRI Khartoum datang melakukan evakuasi.
“Sepanjang hari, 1x24 jam suara ledakan rudal itu terdengar. Saya sampai sekarang masih trauma dengar suara kursi jatuh,” ucap Ahmad.
Bersama istrinya, Ahmad mengatakan bertahan hidup dengan makanan secukupnya, dibantu pasokan logistik dari KBRI. Makanan seadanya seperti mi instan dan air bersih sudah cukup untuk mengisi perutnya.
“Listrik padam, air mati, internet tidak ada. Kami hanya bisa menunggu sampai akhirnya dievakuasi menuju Port Sudan,” imbuhnya.
Ahmad juga bertahan hidup di asrama bersama WNI lainnya, mereka saling berbagi makanan.
Perjalanan menuju Port Sudan juga tanpa hambatan. Militer Sudan mengadang bus yang mengangkut para WNI, menanyakan tujuan.
“Kami tidak tahu pasti apa yang dibicarakan tim KBRI dengan militer selama perjalanan kurang lebih 20 jam dari Khartoum,” ungkap pria yang mengambil jurusan Studi Islam (Dirasah Islamiyyah).
Namun, pada akhirnya rombongan WNI tiba juga di Port Sudan di mana banyak warga negara lain yang menunggu diangkut ke negara lain. Menurutnya, hanya Port Sudan wilayah yang betul-betul aman dari gencatan senjata antara pasukan bersenjata Sudan dan milisi RSF (Rapid Support Forces).
Ahmad kemudian berangkat lagi menuju Jeddah menggunakan jalur laut hampir 18 jam. Dari Jeddah dirinya kemudian diterbangkan ke tanah air menggunakan Garuda Indonesia GA 991 bersama 384 WNI lainnya.(tribunnetwork)
HUT ke-76 Polwan: Kapolrestabes Bandung Sebut Ada Polwan Gabung di Tim Perdamaian PBB di Sudan |
![]() |
---|
Perang Saudara di Semifinal Korea Open 2024, 2 Ganda Putra Baru tapi Lama Akan Saling Berhadapan |
![]() |
---|
Persib Bandung Kontra Persik Kediri, Momen "Perang Saudara" Rezaldi dan Al Hamra Hehanusa |
![]() |
---|
Bobotoh Siap-siap! Akan Ada Perang Saudara Antar-pemain Persib Bandung pada 21 November 2023 |
![]() |
---|
Akan Pecah Perang Saudara saat Persib Bandung vs Dewa United, Rachmat Irianto: Kami Siap Baku Hantam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.