Hukum Puasa Syawal 6 Hari usai Lebaran 2023, Apakah Dibolehkan Sebelum Puasa Qadha? Begini Dalilnya
Sehari setelah Lebaran 2023, sebagian umat Muslim ada yang mengerjakan puasa Syawal, berikut hukum dan penjelasan dalil hadisnya
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID - Berikut inilah hukum puasa Syawal setelah Lebaran dan Hari Raya Idul Fitri.
Sehari setelah Hari Raya Idul Fitri 2023, sebagian umat Muslim ada yang mengerjakan puasa Syawal.
Puasa Syawal merupakan puasa sunah yang dikerjakan 6 hari berturut setelah puasa Ramadhan.
Di sisi lain, ada juga sebagian muslim yang punya utang puasa Ramadhan.
Karena kondisi tersebut, tak sedikit muslim bingung bagaimana hukum puasa syawal jika masih punya utang puasa ?
Baca juga: Selain Puasa Syawal, Ini Sejumlah Amalan yang Jarang Diketahui, Lengkap Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
Sebelum menjawab pertanyaan ini, maka dapat dipahami dari segi hukumnya.
Perlu diketahui, hukum puasa Syawal adalah puasa sunah muakad.
Artinya dalam pelaksanaannya dianjurkan.
Meski begitu, terdapat perbedaan beberapa mazhab dan ulama.
Para ulama dari Mazhab Syafii menganjurkan puasa Syawal tersebut berdasarkan dalil hadis berikut.
Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Sementara itu, bagi ulama Mazhab Maliki dan Mazhab Hanifah dalil hadis tersebut dinyatakan makruh.
Selain itu, para ulama yang memakruhakn puasa Syawal tersebut juga berdasarkan perbandingan hukum puasa Syawal yang sunah dan puasa qadha karena wajib untuk menggantikan puasa wajib Ramadhan.
utang puasa atau puasa qadha dilaksanakan sesuai hari yang tak terlaksana saat puasa Ramadan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 184.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberikan makan bagi seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Baca juga: Qadha Puasa Ramadhan Dapat digabungkan dengan Puasa Syawal? Begini Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Pelaksanaannya pun terbilang lebih leluasa selama setahun sebelum datangnya kembali bulan Ramadan tahun berikutnya.
Namun, karena hukumnya wajib dibayar, maka sebaiknya utamakan untuk melaksanakan puasa qadha.
Sementara itu hukum puasa Syawal adalah sunah.
Demikian mengingat puasa qadha lebih utama dari puasa Syawal, apakah bisa puasa Syawal dikerjakan di hari lain selama di bulan Syawal?
Mana yang lebih utama puasa 6 hari berturut-turut atau terpisah di bulan Syawal ?
Namun, ada juga pendapat lain yang menyebut puasa Syawal dapat dikerjakan secara terpisah.
Lalu, mana yang utama puasa 6 hari berturut-turut atau terpisah?
Dilansir dari Shahihfiqih, lebih utama puasa 6 hari di bulan Syawal dilakukan secara berturut-turut dan langsung langsung dilakukan setelah hari Idul Fitri (selesai).
Karena demikian hal tersebut merupakan upaya untuk bersegera melakukan kebaikan.
Namun tidak mengapa ditunda permulaan puasanya dari hari kedua bulan Syawal.
Tidak masalah bagi seseorang melakukannya secara terpisah hingga akhir bulan.
Hal ini sebagaimana keumuman sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Dari hadis tersebut tidak mempersyaratkan harus berturut-turut mengerjakan puasa syawal.
Kemudian tidak pula harus langsung setelah Ramadhan.
Baca juga: SIMAK Niat dan Tata Cara Puasa Syawal, Mulai Kapan Bisa Dijalankan?
Bacaan Niat Puasa Syawal
Pelaksanaan puasa Syawal sebenarnya tak berbeda dengan puasa sunah lainnya.
Hanya saja yang berbeda ada pada niatnya.
Berikut bacaan niat puasa Syawal
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, "Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT."
Bila Anda terlambat untuk berniat di pagi hari, dengan syarat belum makan dan minum, maka niat mengerjakan puasa Syawal masih dianggap sah.
Anda juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawal pada siang hari.
Berikut ini lafal atau bacaan niat puasa Syawal bila terlambat niat:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT."
Seperti puasa pada umumnya, Anda bisa berbuka puasa setelah matahari terbenam atau ketika waktu magrib.
Jadwal Puasa di Bulan Muharam 1447 H Termasuk Puasa Tasua dan Puasa Asyura Lengkap dengan Bacaannya |
![]() |
---|
Hukum Memotong Kuku saat Idul Adha dan Berkurban, Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Hikmah dan Keutamaannya |
![]() |
---|
Apakah Boleh Puasa Arafah bila Masih Punya Utang Puasa Ramadhan? Ini Penjelasan MUI |
![]() |
---|
Hukum Kurban Online di Momen Idul Adha, Sah? Ustaz Abdul Somad dan Buya Yahya Berikan Penjelasan |
![]() |
---|
Perbedaan Arti Walimatus Safar, Walimatul Hajj & Walimatul Umrah, Lengkap dengan Dalil dan Hukumnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.