Ramadhan 2023

6 Amalan Bidah yang Tak Dianjurkan Dikerjakan di Bulan Syaban, Rasulullah SAW Beri Peringatan Keras

Berikut beberapa amalan bidah yang tak dianjurkan di bulan Syaban, termasuk ziarah kubur dan salat di malam Nisfu Syaban, Rasulullah beri peringatan

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Canva
Ilustrasi - 6 Amalan Bidah yang Tak Dianjurkan Dikerjakan di Bulan Syaban, Rasulullah SAW Beri Peringatan Keras 

TRIBUNJABAR.ID - Berikut inilah beberapa amalan bidah yang tak dianjurkan dikerjakan di bulan Syaban.

Saat ini umat muslim menyambut bulan Syaban 1444 H.

Bagi sebagian muslim, bulan Syaban diyakini termasuk bulan istimewa.

Pada bulan itulah umat muslim memperbanyak amalan ibadah sebagai latihan menuju bulan Ramadhan tiba.

Mulai dari puasa sunah, memperbanyak membaca Al Quran, bersedekah, berdoa, zikir dan lain sebagainya.

Namun, selain amalan yang dianjurkan di atas, ada juga amalan yang tidak dianjurkan yang perlu diperhatikan umat muslim.

Baca juga: Arti Bulan Syaban, Diangkatnya Amalan-amalan hingga Kesempatan Menghapus Dosa, Berikut Keutamannya

Adapun amalan-amalan yang tidak dianjurkan tersebut adalah amalan bidah.

Amalan bidah yang dimaksud adalah amalan yang disandarkan dari hadis palsu dan amalan yang dibuat-buat tanpa tuntunan dari Rasulullah SAW.

Seperti pada bulan Syaban ini, ditemukan banyak amalan-amalan bidah yang seharusnya tidak dilakukan.

Padahal Rasulullah SAW telah memberikan peringatan keras jika umat-nya mengerjakan amalan bidah tersebut.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).

Demikian, umat muslim perlu memperhatikan amalan-amalan yang dianjurkan dan mana amalan yang tidak dianjurkan di bulan Syaban ini.

Berikut Tribunjabar.id rangkum 6 amalan bidah yang tak dianjurkan di bulan Syaban, dilansir dari berbagai sumber.

1. Salat 100 Rakaat

Terdapat hadis palsu yang menganjurkan melaksanakan salat seratus rakaat pada Malam Nisfu Syaban.

Hadis tersebut berbunyi:

“Wahai ‘Ali, barangsiapa salat seratus raka’at pada malam Nishfu Sya’ban dengan membaca surah Al-Fatihah sepuluh kali pada setiap raka’at, maka Allah akan memenuhi seluruh kebutuhannya.” Hadits ini maudhu’ (palsu). Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).” (Lihat Al-Maudhuu’aat (II/129), cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah)

2. Berpuasa

Sebuah hadis bathil menyebutkan dari ‘Ali bin Abi Thalib  Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, 

“Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, maka salatlah pada malam itu dan puasalah di siangnya. Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala pada malam itu turun ke langit dunia sejak terbenamnya matahari, lalu Dia berfirman, ‘Ketahuilah, orang yang meminta ampunan maka akan diampuni, orang yang meminta rizki maka akan diberi rizki, siapa yang sakit maka akan disehatkan, siapa yang begini maka akan begitu… hingga terbit matahari.”

Demikian hadis ini merupakan hadis dusta yang menyebutkan diriwiyatkan Ibnu Majah (no. 1388). 

Pada sanadnya ada Abu Bakrah bin ‘Abdillah bin Muhammad bin Abi Sabrah al-Qurasyi al-‘Amiri al-Madini. Adz-Dzahabi berkata dalam Miizaan, “Didha’ifkan oleh al-Bukhari dan selainnya.

Demikian, Rasulullah SAW tidak mengkhususkan hari tersebut dengan hal-hal itu.

Rasulullah tidak pernah menetapkannya, dan tidak pula para Shahabatnya yang mulia Radhiyallahu anhum.

Imam as-Suyuthi rahimahullah berkata, “Adanya riwayat-riwayat –baik yang marfu’ maupun atsar (yang mauquf)–, ini sebagai dalil bahwa bulan Syaban adalah bulan mulia. Akan tetapi tidak ada dalil tentang amalan salat secara khusus dan untuk menyemarakkannya.

Demikian, itulah beberapa hadis palsu yang tak dianjurkan dikerjakan umat Muslim.

Tentunya ini menjadi perhatian bagi umat Muslim, agar jangan keliru mengerjakan amalan berujung pada madharat dan syirik.

Baca juga: 30 Kata-kata Mutiara Ucapan Menyambut Bulan Syaban Berisi Doa Penuh Makna, Bagikan di Status WA & FB

3. Yasinan atau Tahlilan untuk saudara yang meninggal

Yasinan atau tahlilan di sebagian wilayah di Indonesia menjadi tradisi setiap ada kerabat yang meninggal dunia.

Namun, ternyata tradisi tahlilan tersebut juga dilakukan di bulan Syaban secara khusus disebut Ruwahan.

Ruwah (sebutan bulan Syaban bagi orang Jawa) berasal dari kata arwah sehingga bulan Sya’ban identik dengan kematian.

Karena hal itu, di sebagian daerah tradisi yasinan atau tahlilan di bulan Syaban dilakukan.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak pernah mencontohkannya.

4. Menghidupkan malam Nisfu Syaban

Terkait amalan malam Nisfu Syaban pun sebenarnya tidak ada satu dalil yang sahih dari Nabi dan sahabat untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban.

Seperti salah satu hadits dhoif atau lemah yang membicarakan keutamaan malam Nishfu Sya’ban, yaitu hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR. Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul Ahwadzi berkata, “Hadits ini munqothi’ (terputus sanadnya).” Berarti hadits tersebut dho’if/ lemah.

Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ

“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1144). Hadist ini menunjukkan bahwa Rasul melarang kita mengkhususkan suatu malam atau hari untuk sholat karena semua hari sebenarnya sama.

5. Meyakini malam Nisfu Syaban sebagai malam Lailatul Qadar

Ada sebagian muslim meyakini malam Nisfu Syaban sama halnya dengan malam Lailatul Qadar.

Hal tersebut tak berlandas dan dinilai merupakan kesesatan.

Karenanya keduanya berbeda di mana malam Lailatul Qadar diyakini sebagai malam turunnya Al Quran.

Hal tersebut berdasarkan firman Allah Ta’ala,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),

maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q. S. Al-Baqarah: 185)

Allah SWT juga berfirman dalam Al Quran surat Al Qadar.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailataul Qadar (malam kemuliaan).” (Q. S. Al-Qadar:1)

Baca juga: Kapan Awal Bulan Syaban 1444 H? Catat Juga Jadwal Malam Nisfu Syaban Lengkap dengan Amalannya

6. Ziarah Kubur

Masih banyak sebagian umat muslim yang menjadikan ziarah kubur sebagai tradisi menjelang Ramadhan tiba.

Padahal ziarah kubur tidak dikhususkan pada bulan Syaban saja.

Pasalnya ziarah kubur bisa dilakukan setiap saat secara cara untuk mengingat kematian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Lakukanlah ziarah kubur karena hal itu lebih mengingatkan kalian pada akhirat (kematian).” (HR. Muslim no. 976).

Demikian, itulah beberapa amalan bidah atau amalan yang tidak dianjurkan di bulan Syaban.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved